Selasa, 06 September 2011

Gempa Singkil Tergolong Gempa Tektonik



BMKG Peta lokasi pusat gempa yang terjadi di Aceh pada Selasa (6/9/11) dini hari.

Sekretaris Pusat Riset Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kualasyiah, Banda Aceh, Didik Sugiyanto, Selasa (6/9/2011), mengungkapkan, gempa berkekuatan 6,7 skala Richter yang berpusat di 59 kilometer timur laut di Aceh Singkil, tergolong gempa tektonik.
Gempa terjadi sebagai dampak dari proses subduksi pada lempeng Eurasia dan Indo-Australia di barat Sumatera, yang menimbulkan rangkaian gempa dalam beberapa tahun ini di wilayah Sumatera.
Subduksi itu kemudian menimbulkan respon pada patahan yang disebut sesar semangko, yang terdapat di sepanjang Pulau Sumatera. Sesar ini kemarin ada pergerakan dan menimbulkan gempa. " Hingga puluhan tahun kedepan, gempa seperti ini akan terus terjadi. Ini proses normal dan wajar," kata Didik.
Proses subduksi di pantai barat Sumatera itu menimbulkan akumulasi energi pada kantong-kantong energi yang ada di hampir sepanjang wilayah Sumatera. Singkil dan sekitarnya adalah salah satu kantong tersebut.
"Jika kita lihat di Singkil sendiri dalam beberapa puluh tahun terakhir juga terjadi gempa. Jadi, sebenarnya normal. Namun sayangnya, persiapan kita yang kurang menghadapi gempa. Banyak bangunan yang menyalahi bestek, sehingga getaran gempa menimbulkan kerusakan parah," kata Didik.
Gempa di Singkil tak menimbulkan tsunami, meskipun getaran pada pusat gempa tercatat 6,7 skala Richter dan mencapai 4-5 skala modified mercally intensity (MMI) dari getaran yang dirasakan di daratan (getaran gempa di atas 6 skala Richter atau di atas 3 MMI dapat menimbulkan tsunami).
Menurut Didik hal ini terjadi karena pusat gempa bukan di lautan, dan tak tergolong gempa dangkal (di bawah 30 meter dari permukaan laut dinaggap gempa dangkal) , yang merupakan syarat terjadinya tsunami. Kedalaman pusat gempa Singkil 78 kilometer di bawah permukaan laut.
Meskipun tak menimbulkan tsunami, gempa tersebut sempat membuat warga yang di wilayah yang terkena getaran panik dan ketakutan. Dian (27), warga Kota Subussalam, menuturkan, getaran gempa cukup lama, yakni sekitar 3 menit.
Warga kota berlari berhamburan keluar rumah, karena goncangan meretakkan bangunan rumah mereka. Bahkan, sejumlah rumah toko di wilayah Kecamatan Sultan Daulat ambruk menimpa rumah warga di sebelahnya.
"Setelah gempa listrik padam. Warga semakin panik. Mereka khawatir ada gempa susulan. Ada sekitar 400 warga yang kemudian mengungsi ke dua titik, yaitu di Gunung Meriah, dan Singkil Das," tutur Dian.
Seperti diketahui, gempa bumi tektonik berkekuatan 6,7 skala richter yang berpusat di 59 kilometer timur laut Singkil Baru, Kabupaten Aceh Singkil, mengguncang sebagian wilayah Sumatera Utara dan Aceh, Selasa (6/9/2011) pukul 00.55.
Satu orang meninggal, 3 luka ringan, serta 5 masjid, 11 sekolah, 3 puskesmas, dan sekitar 21 rumah dan toko di Kota Subussalam, Aceh, rusak akibat getaran gempa tersebut.

Kamis, 11 Agustus 2011

Kolang Kaling Juga Hidangan Favorit di Subulussalam



100811foto.8_.jpg
Nurhayati (42) salah seorang pedagang kolang kaling di Pasar Terminal Terpadu Subulussalam sedang melayani pembeli. Kolang kaling sangat digemari warga untuk menu buka puasa sehingga permintaan meningkat tajam. Foto direkam, Senin (8/8). (SERAMBI/KHALIDIN)
SUDAH menjadi kebiasaan setiap bulan puasa masyarakat sangat kreatif menciptakan aneka makanan dan minuman untuk penganan saat berbuka. Salah satu buah yang menjadi ciri khas menu berbuka puasa di Kota Subulussalam adalah kolang kaling. Penganan yang diolah dari buah aren ini menjadi hidangan favorit masyarakat untuk berbuka puasa.

Nurhayati (42) salah seorang pedagang kolang kaling di pasar Terminal Terpadu Subulussalam yang diwawancarai Serambi, Senin (8/8) mengatakan, walaupun buah ini ada dijual pada hari-hari biasa, namun diakui permintaan meningkat tajam saat bulan Ramadhan. Buktinya, pada awal puasa, dalam sehari saja, Nur mengaku bisa menjual 10 kaleng (tiap kaleng berisi 20 liter) kolang kaling. “Sangat laris, sekarang rata-rata sehari laku 1-2 kaleng,” katanya.

Harga kolang kaling beragam, tergantung  kualitasnya. Untuk yang kualitas baik yakni kolang kaling yang telah dipres harganya mencapai Rp 14.000 perkilo atau Rp 4.000 per muk. Sedangkan untuk kualitas menengah dihargai Rp 2.500 per muk dan yang paling murah dijual Rp 5.000/3 muk. 

Nur mengaku mendapatkan buah aren dengan membeli dari pemasok di Sibande, Pakpak Bharat, Sumatera Utara atau Kabanjahe. “Ini kami beli dari Sibande, Pakpak Bharat, kadang juga dari Kabanjahe,” ujar Nur seraya menambahkan sangat suka dengan buah dari pohon aren tersebut. 

Lebih lanjut Nur menjelaskan, biasanya bahan makanan yang cukup populer ini digunakan untuk membuat makanan yang cukup digemari masyarakat untuk berbuka puasa seperti minuman segar, cendol, manisan atau kolak dan bubur. Bisa pula, kolang kaling diolah menjadi minuman dengan dicampur cincau atau lainnya. 

Rasanya yang kenyal dan legit membuat kolang-kaling menjadi suatu pelengkap untuk menu buka puasa. Hanya saja buah satu ini susah sekali dapatnya bila tidak di bulan puasa Ramadhan.

Kantor Bupati Dilempar Batu



110811foto.22_.jpg
Seorang warga memperhatikan pecahan kaca yang berserakan di lantai pintu masuk sebelah timur Kantor Bupati Bener Meriah, Rabu (10/8) pagi. Pintu kaca itu dilempar batu oleh dua orang tak dikenal pada Selasa (9/8) malam, sekitar pukul 20.00 WIB. SERAMBI/MAHYADI
Berita Terkait
    TAKENGON - Gedung Kantor Bupati Bener Meriah, yang beralamat di Jalan Simpang Teritit-Pondok Baru, Kampung Serule Kayu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, Selasa (9/8) malam lalu, dilempari batu oleh dua pengendara sepeda motor Yamaha RX-King. 

    Akibat pelemparan tersebut, satu pintu kaca di bagian timur kantor orang nomor satu di Bener Meriah itu dilaporkan pecah berantakan. Sedangkan pelaku yang memang beraksi dari atas sepmor yang dikendarainya, langsung kabur tancap gas usai melampiaskan aksinya itu.

    Menurut seorang anggota keamanan, Ruhdi, kepada sejumlah wartawan Rabu (10/8) mengatakan, pada saat aksi pelemparan batu oleh oknum yang belum diketahui itu, kondisi cuaca sedang hujan gerimis dan pelaku berhasil kabur di tengah kegelapan malam. 

    “Begitu terdengar suara kaca pecah, saya bersama sejumlah anggota pengamanan kantor ini langsung lari menuju tempat kejadian yang hanya berjarak sekitar 30 meter dari pos penjagaan,” papar Ruhdi, yang tak lain adalah salah seorang anggota Polres Bener Meriah yang malam itu bertugas menjaga keamanan di komplek kantor bupati. 

    Dikatakan, kedua oknum yang mengendarai sepmor jenis Yamaha RX King, sempat terlihat namun wajahnya tidak bisa dikenali lantaran gelap. Menurutnya, untuk menghentikan kedua pelaku yang terus kabur usai melakukan aksinya, petugas sempat melepaskan tembakan ke udara sebanyak dua kali.

    Tembakan peringatan tersebut tak digubris, kedua pelaku langsung melarikan diri ke arah Simpang Teritit, Kecamatan Wih Pesam. “Usai melepaskan tembakan ke udara, kami sempat mengejar pelaku tapi setibanya di daerah simpang Teritit kedua pelaku ini menghilang,” ungkap Ruhdi.

    Beberapa saat setelah kejadian, sejumlah petugas Polres Bener Meriah, langsung terjun ke lokasi dan memasang garis polisi. Sedangkan Bupati Bener Meriah, Ir H Tagore Abubakar, Selasa (9/8) malam, usai waktu shalat Tarawih, meninjau lokasi kejadian yang tak lain adalah kantornya sendiri di kawasan Simpang Teritit-Pondok Baru, Kampung Serule Kayu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah.

    Orang nomor satu di kabupaten pemekaran dari Aceh Tengah itu, dilaporkan sempat melihat-lihat bongkahan batu yang digunakan pelaku hingga satu pintu kaca kantor bupati pecah berantakan. Kasus ini sekarang sedang dalam pengusutan pihak Polres Bener Meriah

    Minggu, 08 Mei 2011

    subhanallah

    Panen Ungkot Paya




    4 Tahanan Kabur Lewat Kamar Mandi





    IDI, Aceh Timur: Setelah memanjat dan menjebol plafon (loteng—red) kamar mandi sel tahanan Pengadilan Negeri (PN) Idi, Aceh Timur, 4 tahanan yang hendak disidangkan berhasil kabur, Rabu (27/4) sekira pukul 11:20.

    Keempatnya kini masuk Daftar Pencari Orang (DPO) Polres Aceh. masing-masing Muhammad Azhar alias Dehar, 28, (Kasus Pembacokan Istri dan Anak Toke Sawit di Ranto Peureulak, Aceh Timur). Selanjutnya Agus, 28, Muhammad Dani, 31, dan Saputra Mulia, 30. Ketiganya karena kasus narkoba.

    Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, kaburnya 4 tahanan dari sel tahanan (Ruang Tunggu) PN Idi, diperkirakan menjelang selesainya sidang terdakwa Basri, kasus pencemaran nama baik. Saat itu, ke empat tahanan yang kabur dikumpulkan di ruang tunggu bersama 6 tahanan lainnya. Sementara 10 tahanan dipisahkan di ruang tunggu lain yang berada berdampingan.

    Diperkirakan, keempatnya kabur dengan memanjat dan menjebolkan plafon kamar mandi. Tiba-tiba, dari atas plafon terdengar seperti orang lari. Suara itu didengar tahanan lain yang saat itu berada di kamar mandi ruang tunggu lain yang berdampingan.

    Mendengar suara bagaikan orang lari, tahanan tersebut berteriak dan memanggil petugas keamanan dan petugas kejaksaan yang berjaga-jaga di luar ruangan tunggu. Sejumlah petugas langsung memindahkan 6 tahanan yang tersisa ke ruangan di sebelahnya dan petugas memanjat plafon mengejar 4 tahanan yang kabur, tetapi usaha petugas termasuk melakukan pengepungan dan penyisiran ke seluruh sudut Kota Idi, belum membuahkan hasil.

    Ketika kaburnya 4 tahanan tesrebut, sidang yang tengah berlangsung terpaksa harus dihentikan sesaat kembali dilanjutkan sesuai agenda sidang PN Idi, ke ruang persidangan lain yang letaknya bersebelahan. Pengamatan Waspada, pengejaran polisi dengan senjata lengkap ke luar pekarangan pengadilan sempat mencuri perhatian puluhan pengguna jalan dan masyarakat sekitar.

    Kepala PN Idi, Salahuddin, SH melalui Humas, Rahmad Aries, SH saat dikonfirmasi, Rabu (27/4), membenarkan kaburnya 4 tahanan yang hendak disidang dari ruang tunggu PN Idi dengan menjebolkan plafon kamar mandi dan melompat pagar PN Idi. “Kita sudah koordinasi dengan polisi, Jaksa, dan instansi terkait dalam mengejar 4 tahanan yang kabur,” katanya seraya menadaskan, salah satu dari empat yang kabur terdakwa kasus pembacokan istri dan anak toke sawit di Ranto Peureulak

    Tarian Aceh Pukau Peminat Musik Sufi

    Sanggar Seni Seulaweuet IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, menampilkan tari Seudati pada acara festival musik tasawuf  internasional sedunia di Eskisehir Osman Gazi University Culture Center Music Hall, Turki, Kamis (5/5) malam waktu setempat.



    Penampilan tim kesenian Aceh yang diwakili Sanggar Seni Seulaweuet (S3) IAIN Ar-Raniry berhasil menarik perhatian peminat musik sufi pada acara festival tasawuf musik internasional yang berlansung di Eskisehir Osman Gazi University Culture Center Music Hall, Turki, Kamis (05/05) malam waktu Turki.

    Ribuan penonton menyaksikan pertunjukan itu dengan bersemangat seraya meberikan tepuk tangan dan berteriak histeris, dan penonton sama sekali tidak beranjak sebelum pentas usai.

    Farid Wajdi, Rektor IAIN Ar-Raniry yang turut hadir menyaksikan pertunjukan itu merasa bangga dengan penampilan yang disajikan oleh anak-anak Sanggar Seni Seulaweuet. “Pertunjukan selalu dibanjiri tepuk tangan dan para penonton yang minta foto bersama anak-anak Sanggar Seni Seulaweuet,” katanya.

    Sementara itu, Presiden CIOFF Indonesia, Said Rachmat, selaku koordinator acara, mengharapkan agar IAIN Ar-Raniry bisa belajar sekaligus mendapatkan banyak pengalaman dari acara ini. “Ke depan kita juga mengharapkan agar IAIN bisa melanjutkan kerjasama dengan pihak manapun dan juga bisa membuka jalur-jalur kerjasama yang baru,” ujarnya.

    Dikatakannya, pihak Kementrian Agama, pada 18-21 Juli 2011 akan mengadakan Festival Musik Sufi pertama di Indonesia. Dia mengharapkan agar grup Sanggar Senin Seulaweuet dari IAIN Ar-Raniry bisa ambil bagian dalam pagelaran tersebut.

    Elmira, perwakilan dari kontingen Iran yang juga ikut menyaksikan pertunjukan Aceh pada malam itu, mengaku sangat tertarik dengan penampilan rapai geleng, yang menurut mereka sangat bernuansa islami. Mereka mengakui bahwa di Iran ada juga rapai, tapi dalam penggunaannya belum mencerminkan karakteristik sufi.

    Sementara itu, Imam Juwaini, pembina Sanggar Seni Seulaweuet sekaligus koreografer, menjelaskan bahwa di ajang internasional ini pihaknya menampilkan Seudati, Saman Gayo, dan Rapai. “Dalam Festival Musik Sufi ini, Aceh ditunjuk mewakili Indonesia. Negara lain yang ambil bagian adalah Marocco, Mayotte, Pakistan, Iran Dan Turkey,” katanya.

    Keikutsertaan Aceh dalam festilval tersebut direkomendasikan oleh Conseil International des Organisation de Festival de Folklore et d’Art Traditionnels (CIOFF), organisasi yang berada di bawah Unesco, badan PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan

    Ranup Lampuan dan Barongsai Berpadu di Kampoeng Tjina

    Barongsai saat mengambil ampau pada salah satu ruko di kawasan Peunayong, Banda Aceh, Sabtu (7/5).  yang juga dikenal dengan julukan Kampoeng Tjina, Jumat (6/7) malam benar-benar menjadi ‘kota multietnik’ yang mampu berkolaborasi sempurna dalam perbedaan budaya. Gadis-gadis kecil bermata sipit yang masih usia SD terlihat begitu lincah dengan tarian tradisional Aceh ranup lampuan, tak kalah sempurnanya dengan atraksi barongsai yang memang warisan leluhur

    Tarian ranup lampuan dan atraksi barongsai merupakan bagian dari serangkaian atraksi seni dan budaya lainnya yang ditampilkan pada acara pembukaan Festival Peunayong yang dilaksanakan Pemko Banda melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata-nya. Festival Peunayong yang juga dirangkai dengan Festival Krueng Aceh merupakan ‘jualan’ yang dikemas untuk Visit Banda Aceh 2011.

    Malam itu, sebelum prosesi pembukaan oleh Wali Kota Banda Aceh, Mawardy Nurdin yang dipusatkan di ‘jantung’ Kampoeng Tjina, Jalan A Yani, terlebih dahulu digelar pawai budaya mengitari sejumlah ruas jalan utama di sekitaran Peunayong. Pawai budaya itu bukan saja diikuti oleh etnik Tionghoa, tetapi juga masyarakat dari gampong-gampong yang ada dalam Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.

    Tarian ranup lampuan yang dibawakan murid SD dari etnis Tionghoa tampak memesona ribuan warga yang memadati ruas Jalan A Yani, tempat pemusatan Festival Peunayong. Murid-murid SD bermata sipit itu bisa dengan fasih melafalkan kata demi kata dalam bahasa Aceh yang mengiringi tarian. Klimaksnya, tepuk tangan membahana.

    Setelah tarian tradisional Aceh yang menggambarkan tradisi peumulia jamee tersebut berakhir sempurna, giliran barongsai menggeliat-geliat atraktif di depan masyarakat yang mengerubungi di depan panggung utama. Rangkaian atraksi tersebut disaksikan langsung Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Wali Kota Banda Aceh Mawardy Nurdin, Wakil Wali Kota Illiza Sa’aduddin Djamal, dan Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Armensyah Thay.

    Ya, Jumat (6/5) malam itu beragam etnis dalam berbagai usia memang memadati Jalan Ahmad Yani, Gampong Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Festival Peunayong membuat Kota Tua itu menggeliat lagi. Sabtu (7/5) sore sekitar pukul 17.00 WIB, barongsai kembali unjuk diri. Atraksi seni yang dipadu kungfu itu ditampilkan dari pintu ke pintu.

    Barongsai, kata Budi sang pimpinannya, bukan sekadar pertunjukan unjuk kebolehan. “Acara apa pun lazimnya dalam budaya Cina diawali dengan barongsai. Maksudnya untuk pemberkatan,” kata Budi,  pimpinan tarian barongsai.

    Yang menarik, ke-20 anggota barongsai ini adalah vegetarian. Mereka tidak dibolehkan memakan yang berdarah seperti daging atau ikan. Praktis makanannya adalah buah-buahan dan sayuran. “Lewat Festival Peunayong ini kita coba melebur diri dengan masyarakat Aceh,” kata Li, warga Peunayong, yang mengaku dirinya merupakan generasi keempat di Kampoeng Tjina tersebut.

    Sejarah panjang
    Tiongkok dan Aceh sejatinya memang punya hubungan sejarah yang panjang. Laksamana Chengho atau Zheng He, menurut Pemerhati Budaya Cina, Dr A Rani Usman, bahkan sampai tiga kali datang ke Aceh. Lonceng Cakradonya menjadi buktinya. Chengho menyerahkan lonceng tersebut kepada Kerajaan Pasai yang dipimpin Sultan Zainal Abidin pada 1409. Hadiah ini sebagai bukti persahabatan antara Bangsa Aceh dan Cina.

    Kisah pelayaran Laksamana Chengho ini telah melegenda. Dia menorehkan jejak sejarah yang mengagumkan di setiap negara yang dilaluinya. Chengho selama tujuh kali pelayaran selalu berusaha tampil penuh persahabatan. Ini mungkin yang membedakan pelayaran Chengho  dengan Columbus. Bangsa barat menjelajahi Samudera untuk tujuan imperialiasme. Tapi, Chengho yang di masa hidupnya diyakini pernah menunaikan ibadah haji itu berusaha tampil penuh persahabatan.

    Petualangan antarbenua yang dipimpin Chengho selama 28 tahun (1405 M-1433 M) itu berlangsung dalam tujuh kali pelayaran. Menurut Rosenberg, ahli geografi terkemuka dunia, tak kurang dari 30 negara di benua Asia dan Afrika disinggahi Chengho. “Yang harus diingat, tidak pernah Bangsa Cina memusuhi Islam,” kata Rani Usman yang fasih berbahasa Mandarin ini.

    Rani Usman menambahkan, etnis Tionghoa banyak meninggalkan negerinya setelah muhibah besar Chengho. Kapan persisnya etnis Tionghoa memasuki Aceh? “Sejak lancarnya transportasi laut,” kata Rani Usman. Apalagi saat itu Tiongkok sedang dilanda konflik dan kelaparan. Mereka beramai-ramai hijrah ke berbagai negara, salah satunya ke kawasan Ulee Lheue sebagai tempat pelabuhan internasional di masa kesultanan Aceh. Setelah Belanda ‘menundukkan’ Aceh, kaum Cina didatangkan lebih banyak lagi  sebagai tenaga kerja terampil.

    Sebagai Kota Tua, warisan arsitektur Eropa masih tersisa di kawasan pecinan itu. Sebagian lainnya, seperti Hotel Atjeh, telah hilang ditelan zaman.  Peunayong dulunya dihuni oleh beragam etnis, yakni pedagang dari Cina, Persia, dan India. Syukurnya, bangsa yang berbeda budaya dan agama itu bisa hidup berdampingan hingga beratus-ratus tahun lamanya. Mungkin itu sebabnya, kawasan ini diberi nama Peunayong, yang disebut berasal dari kata Peumayong (memayungi).

    Jumlah warga Peunayong kini sekitar 4.000 jiwa, sekitar 70 persen beretnis Tionghoa. Rani Usman berharap, momen kali ini bisa digunakan untuk semakin mempererat hubungan dan meleburkan diri antara etnis Tionghoa dengan masyarakat sekitar

    Mantan Kiper PSMS Ditangkap Edarkan Ekstasi

    MEDAN - Mantan penjaga gawang kesebelasan PSMS Medan Sony Gunawan (36) yang diringkus polisi pada Jumat (6/5) malam lalu ternyata terlibat peredaran narkoba. Dari pria jangkung itu disita 45 butir pil ekstasi, dan sembilan butir multivitamin.

    Kanit Reskrim Polsek Medan Baru Iptu Andik Eko mengungkapkan, Sony yang tercatat sebagai penduduk Jalan Taruma, Kampungkubur, Medan Petisah itu dibekuk dari lantai dua Sun Plaza. Ketika itu Sony hendak makan malam di sebuah restoran bersama istrinya. "Begitu dia muncul, anggota langsung menangkapnya, karena informasi tentang keterlibatannya sudah lama kami selidiki," kata Andik, Minggu (8/5).

    Kecurigaan polisi semakin kuat setelah dari tas sandang pelaku ditemukan 45 butir pil ekstasi, sembilan butir multivitamin, dan sebuah alat isap sabu-sabu. Apalagi dalam pemeriksaan, Sony sudah mengakui kalau pil ekstasi itu dibelinya dari seseorang seharga Rp 130 ribu perbutir untuk kemudian dijualnya Rp 150 ribu perbutir. Transaksi itu sendiri biasanya dilakukan tersangka via telepon melalui orang yang dikenalnya.

    "Jadi dia tak sembarang menerima orang untuk transaksi, hanya melalui orang-orang kepercayaannya," kata Andik. Kasus itu masih terus dikembangkan polisi karena diyakini masih melibatkan pelaku lainnya. Kejahatan itu diakui Sony terpaksa dilakukannya untuk menghidupi keluarganya, karena sejak tak "dipakai" PSMS Medan, Sony tak memiliki penghasilan tetap.

    Pengusaha Aceh Jangan Bergantung pada Pemerintah

    Sekda Aceh T Setia Budi (kanan) bersama Wakil Ketua I Bidang Pemerintahan dan Anggaran DPRA Amir Helmi (kiri), Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh Anwar Muhammad (dua kanan), dan Ketua Kadin Aceh Firmandez berbicara saat konferensi pers usai pembukaan seminar peningkatan peluang investasi dalam kawasan Indonesia Malaysia Thailand-Growth Triangle (IMT-GT) di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Sabtu (7/5).

    Para pengusaha Aceh disarankan tidak bergantung pada pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk memajukan usaha masing-masing. Pengusaha Aceh juga dianggap perlu membenahi diri-sendiri dengan menambah kapasitas berbisnis dan kreatif dalam mencari peluang-peluang usaha serta memperluas daerah perniagaan.

    Hal tersebut diungkapkan Ketua Badan Kerjasama Bisnis Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Faudzi Naim bin Haji Noh, usai memberikan materi pada Seminar Peningkatan Peluang Investasi Dalam Kawasan IMT-GT, Sabtu (7/5). “Sebagian besar pengusaha Aceh tidak kreatif, hanya terfokus pada sektor infrastruktur saja. Padahal, masih banyak sektor lain bisa digali potensi usahanya,” katanya.

    Dikatakannya, jika pengusaha terkendala dengan permodalan jangan selalu menyalahkan pemerintah, pengusaha harus jeli dan bisa mencari peluang-peluang dari tempat lain. “Mental pengusaha yang tidak suka mengembalikan pinjaman bank juga harus diubah, menjaga kepercayaan bank itu sangat diperlukan untuk kelancaran usaha,” kata dia.

    Ketua Tim Percepatan Ekspor Aceh, Asril mengatakan selama ini memang pemerintah terkesan tidak mendukung para pengusaha Aceh. “Terus terang kendala terbesar pengusaha Aceh terutama eksportir adalah modal usaha. Kami sudah berkali-kali mengajukan permohonan untuk memperoleh modal usaha kepada Bank Aceh, tapi mereka menolak dengan dalih tidak ada produk bank untuk investasi,” keluh Asril.

    Sementara itu Kepala Badan Investasi dan Promosi (BIP) Aceh Anwar Muhammad, mengatakan dalam tiga tahun terakhir 85 perusahaan swasta asing telah rencanakan berinvestasi di berbagai sektor usaha di Aceh dengan nilai investasi mencapai Rp 50 triliun. Situasi kemanan yang semakin kondusif didukung potensi sumber daya alam yang besar, kata Anwar menjadi salah satu faktor utama para investor berencana berinvestasi di Aceh.

    Dari total 85 perusahaan asing yang merencanakan menanamkan modalnya di Aceh itu nilai realisasinya baru sekitar Rp 7 triliun.  “Dalam waktu dekat sudah ada investor yang akan masuk bidang eksploitasi minyak dan gas di dua blok di Aceh, dengan total investasi mencapai Rp 6 triliun lebih,” imbuh dia.

    Untuk memberikan jaminan dan kepastian untuk setiap investor yang akan berinvestasi di berbagai sektor usaha, Pemerintah Aceh sudah mempersiapkan sejumlah peraturan yang bertujuan untuk memudahkan  investor selama menjalankan usahanya di Aceh.

    Hal ini disebutkan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf di Banda Aceh, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekda Aceh Teuku Setia Budi. Disebutkan ada empat aturan hukum investasi untuk memudahkan investor itu, yaitu Qanun Nomor 5/2009 tentang Penanaman Modal, Perpres Nomor 11/2010 tentang Kerja Sama Pemerintah Aceh dengan Badan/Institusi di Luar Negeri, PP Nomor 83/2010 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemerintah kepada Dewan Kawasan Sabang (DKS), dan Pergub tentang Penanaman Modal dan Rencana Umum Penanaman Modal di Aceh.

    “Dengan regulasi tersebut diharapkan mendorong percepatan investasi di Aceh dan investor akan aman dan terlindungi selama berada di Aceh. Saat ini Perangkat hukum ini sedang dalam proses penyelesaian,

    Selasa, 19 April 2011

    Beutarie.Net

    Langsa belum Terima Kaset Listening

    LANGSA – Hingga hari kedua pelaksanaan Ujian Nasional (UN), Dinas Pendidikan Kota Langsa, Drs H Abdullah Gade, mengaku belum menerima sebanyak 100 unit kaset listening yang akan digunakan pada pelaksanaan ujian Bahasa Inggris yang akan dilangsungkan, Rabu (20/4/2011). “Janjinya malam ini akan dikirimkan,” kata pria yang kerap disapa Waled ini.
    Dikatakan, jumlah peserta Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun ini sebanyak 3.055 pelajar. Masing-masing jumlah siswa SMA/MA yang mengikuti UN sebanyak 2.229 pelajar, Sedangkan untuk pelajar tingkat SMK berjumlah sekitar 849 pelajar.
    Abdullah juga mengatakan dari sekian banyak yang mengikuti ujian nasional tahun ini 43 pelajar diantaranya tidak bisa mengikuti ujian pada hari pertama, sebagian dari mereka sedang dalam keadaan sakit.
    Masing-masing dari tingkat SMA/MA sebanyak 20 siswa dan 23 siswa dari tingkat SMK. "Data tersebut diperoleh setelah dilaporkan panitia UN dari masing-masing dari sejumlah lokasi pelaksanaan. “Insya Allah lain tidak ada kendala. Semua berjalan lancar. Kita berharap anak-anak bisa menjawab dengan tepat dan tidak terpengaruh dengan isu ada lembaran jawaban,” demikian Waled.

    Tiga Rumah dan Kantor Desa Terbakar

    TAKENGON – Kantor desa dan tiga unit rumah warga di Kampung Arul Relem, Kecamatan Silih Nara, Aceh Tengah, Selasa (19/4/2011) pagi, ludes terbakar. Musibah kebakaran itu terjadi ketika para penghuni rumah sedang berada di kebun, sehingga pada saat kebakaran terjadi kondisi rumah warga dalam keadaan kosong.
    Sementara dari tiga unit mobil armada pemadam kebakaran yang dikerahkan untuk melakukan upaya pemadaman api, dua unit mobil diantaranya terlambat tiba di lokasi kejadian karena salah satu mobil pemadam terperosok kedalam lubang yang ada di pinggir ruas jalan Arul Kumer, sekitar tiga kilometer dari lokasi kebakaran.
    Satu mobil pemadam kebakaran yang duluan tiba di lokasi, akhirnya hanya menyirami sisa-sisa kebakaran karena ketiga unit rumah warga dan sebagian bangunan kantor desa telah duluan ludes dilahap si jago merah. Akibatnya, sebagian besar harta benda milik korban tidak berhasil diselamatkan.
    “Kantor desa yang ikut terbakar itu, baru saja selesai dibangun dan belum diresmikan. Akibatnya sebagian bangunan mengalami kerusakan karena sempat disambar api,” kata Mustariga, warga Kampung Arul Relem, kepada Serambinews.com.
    Tiga unit rumah warga yang terbakar itu dihuni oleh empat Kepala Keluarga (KK) yakni M Rasyid Aman Rajiman, Siti Sarah Inen Bumer, M Thaib Aman Samsul, serta Harun. Ke empat KK ini, pada saat kejadian seluruhnya tidak berada dirumah karena sedang menggarap lahan kebun kopi milik mereka.

    Lagi, Ratusan Mahasiswa Demo DPRA


    Puluhan mahasiswa perwakilan dari 23 Kabupaten/Kota se-Aceh berunjuk rasa di halaman Gedung DPR Aceh, Senin (18/4). Mereka mendesak DPRA segera mensahkan qanun pilkada Aceh terkait calon independen.
    - Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kabupaten/kota yang tergabung dalam Barisan Muda Mahasiswa Aceh (BM2A), Senin (18/4) kemarin mendatangi Gedung DPRA. Mereka mendesak agar parlemen Aceh itu secepatnya mengesahkan Rancangan Qanun (Raqan) menjadi Qanun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh.

    “Menunda-nunda pengesahan Raqan Pilkada untuk tujuan politik sekelompok elite tertentu sama artinya DPRA mempermainkan dan mengabaikan amanah dan aspirasi masyarakat yang telah memilihnya menjadi anggota legislatif,” ujar Koordinator Lapangan (Korlap) Demonstran, Muhammad Jair Ulim, dalam orasinya di halaman Gedung Utama DPRA, kemarin.

    Jair mengatakan, tujuan dan tuntutan mahasiswa datang ke gedung dewan adalah untuk menyampaikan aspirasi kepada DPRA agar segera mengesahkan Raqan Pilkada yang mengakomodir calon perseorangan (independen).

    Tuntutan kedua, jika dalam waktu sebulan ini Raqan Pilkada tidak juga disahkan, maka para pengunjuk rasa mendesak Ketua DPRA segera mengundurkan diri. “Apabila tidak mengundurkan diri, kami akan lakukan revolusi terhadap DPRA,” pekik Jair.

    Setelah membacakan tuntutannya, Korlap Demonstran, Muhammad Jair menyerahkan surat petisi kepada Wakil Ketua II DPRA, Drs Sulaiman Abda untuk diteruskan kepada Ketua DPRA, Drs H Hasbi Abdullah.

    Drs H Sulaiman Abda didampingi anggota DPRA, Darmuda, kepada para ratusan pendemo mengatakan, DPRA segera membahas dan mengesahkan Raqan Pilkada. Bukti bahwa DPRA akan mengesahkan raqan tersebut, pada Senin (18/4) kemarin, Pansus III DPRA yang ditugasi untuk menyusun dan membahas draf Raqan Pilkada yang baru, saat ini sedang melakukan konsultasi dengan pihak Menkopolhukam, Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) di Jakarta.

    Kunjungan Pansus III DPRA ke Menkopolhukam itu, menurut Sulaiman Abda, untuk maksud seperti yang kini dituntut para mahasiswa yang berdemo di halaman Gedung DPRA kemarin. DPRA telah berjanji akan menyelesaikan Raqan Pilkada, setelah pengesahan RAPBA 2011 menjadi Qanun APBA 2011.

    Pengesahan Raqan APBA 2011 menjadi Qanun APBA 2011, kata Wakil Ketua II DPRA itu, sudah dilaksanakan Jumat (15/4) pekan lalu. Seluruh fraksi DPRA, yaitu Fraksi Partai Aceh, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Golkar, dan Fraksi PPP/PKS, menyetujui Raqan APBA 2011 yang diajukan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf senilai Rp 7,945 triliun. Senin (18/4) kemarin, qanun tersebut telah dibawa ke Kemendagri untuk dievaluasi dan diverifikasi.

    Sulaiman Abda mengemukakan alasan mengapa DPRA lebih dulu mengesahkan Raqan APBA 2011. “Itu karena, selain untuk mempercepat pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pembangunan yang sedang ditunggu-tungu rakyat yang terdapat dalam APBA, juga karena usulan anggaran untuk pelaksanaan pilkada sebesar Rp 136 miliar, masuk di dalam RAPBA 2011.”

    Jadi, menurut Sulaiman, supaya anggaran pilkada bisa dipakai atau dicairkan untuk pembiayaan berbagai tahapan pelaksanaan pemilihan gubernur/wakil gubernur serta 17 kepala daerah kabupaten/kota, maka Raqan APBA 2011 itu, harus disahkan lebih dulu, baru menyusul Raqan Pilkada.

    Demo ke Gedung DPRA terkait isu Raqan Pilkada bukan cuma kemarin terjadi. Sebelumnya, Selasa (5/4) massa yang menamakan dirinya Mahasiswa Peduli Rakyat Aceh (MPR-Aceh) juga menggelar aksi demo di Gedung DPRA. Mereka menuntut pelaksanaan pilkada tepat waktu dan RAPBA 2011 segera disahkan. Aksi demo tersebut berlangsung panas dan ricuh, bahkan antara demonstran dengan polisi sempat saling pukul.

    Demonstran yang mengenakan pita merah di kepala dan bagian lengan tersebut tiba di DPRA sekitar 10.40 WIB disambut aparat kepolisian dari Polresta Banda Aceh yang sudah siaga.

    Koordinator Aksi dari MPR-Aceh, dengan menggunakan pengeras suara membacakan beberapa pernyataan sikap dan kecaman kepada dewan. “Kami mendesak DPRA segera mengesahkan APBA 2011 dan tidak menunda-nunda lagi jadwal pilkada. Ini harga mati,” teriak Sofian disambut teriakan-teriakan bernada kecaman, seperti, “pilkada molor, APBA jebol, DPRA tolol”.

    Senin, 18 April 2011

    Resep Rujak Aceh


    Resep Rujak AcehCara Membuat Rujak Aceh
    Bahan :


    500 gram bangkuang, dikupas, dicincang agak halus
    500 gram mangga mentah, dibuang kulit dan bijinya, dicincang agak halus
    2 buah nenas, dikupas, dicincang agak halus
    400 gram mentimun, dicincang agak halus
    200 gram salak, dicincang agak halus
    500 gram daging buah jeruk bali
    10 buah jambu air, dicincang agak halus
    200 gram wortel, dicincang agak halus
    3500 cc air panas
    400 gram gula pasir ( tergantung selera )
    4 sendok makan garam ( tergantung slera )
    6 biji cabai merah, dihaluskan
    air jeruk nipis, bila perlu
    es batu secukupnya

    Cara Membuat :
    1. Campu semua bahan jadi satu, aduk aduk dan cicipi semua bumbunya tambahkan garam, gula dan air jeruk nipis bila perlu.
    2. Setelah itu dihidangkan dengan memasukkan es batu secukup nya.

    Timphan (Aceh)

    Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphan, gulai itik, kari kambing yang lezat, Gulai Pliek U dan meuseukat yang langka. Di samping itu emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol Sabang yang dibuat dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis asal Peukan Bada, Aceh Besar juga bisa jadi andalan bagi NAD.

    Resep Timphan
    Bahan :
    • 200 gr tepung ketan
    • 2 sdm santan kental
    • 1 sdm air kapur sirih
    • 1/4 sdt garam
    • 250 gr pisang raja dihaluskan
    • Daun pisang muda
    Isi :
    • 2 butir telur ayam
    • 50 ml santan kental
    • 100 gr gula pasir
    • 25 gr nangka masak cincang kecil
    • 1/2 sdt tepung terigu
    • 1 lembar daun pandan
    • 50 gr kelapa muda parut halus
    • 1/4 sdt vanili
    Cara membuat :
    1. Aduk tepung ketan dan pisang yang sudah dihaluskan serta santan, air kapur, dan garam hingga tercampur rata. Adonan ini digunakan untuk kulit.
    2. Ambil daun pisang olesi dengan minyak lalu tipiskan adonan kulit, beri adonan isi kemudian digulung, dibungkus seperti lontong kecil, kukus hingga matang selama + 10 menit.
    3. Buat adonan isi : Kocok telur dan gula hingga kental dengan mixer, masukkan tepung terigu dan santan, aduk rata, tambahkan nangka dan kelapa muda, beri daun pandan, masak sampai kental, angkat, beri vanili, aduk rata. Setelah matang dinginkan dan gunakan sebagai isi timphan.
    Untuk : 15 Porsi (1 porsi = 114 kalori)

    Gule Pliek (Aceh)













    Bahan200 gr plik u
    nangka muda
    pepaya muda
    melinjo
    daun melinjo, rajang
    terong (kalo suka)
    kacang panjang
    100 gr kacang tanah (boleh lebih)
    100 gr udang (boleh lebih)
    3 btg serai, rajang pangkalnya, memarkan ujungnya
    15 lbr daun jeruk, dirajang halus
    5 siung bawang merah, rajang
    2 cm lengkuas, memarkan
    4 gelas santan
    1 ons cabe hijau, rajang kasar (klo gak suka pedes, kurangin aja)
    garam
    Bumbu Halus
    • 6 cabe kering
    • 3 cabe merah
    • 5 cabe rawit
    • 3 siung bawang putih
    • 5 siung bawang merah
    • 1/2 sdt jintan
    • 1 cm jahe
    • 2 cm kunyit
    • 1 sdt ketumbar
    Cara membuat
    • Rendam plik u dengan air panas kira2 10 menit. Tiriskan. Cuci dengan air dingin. Tiriskan. Blender sampai halus.
    • Jerang air. Masukkan plik u dan bumbu halus plus garam.
    • Masukkan melinjo.
    • Masukkan kacang tanah dan udang.
    • Masukkan santan.
    • Masukkan sayuran yang sudah dipotong-potong (jgn terlalu kasar) dan semua bahan.
    • Masak sampai matang.
    • Santap dengan nasi hangat dan ikan asin goreng kering

    Wanita Berkaca Mata Hitam Hebohkan Diskusi Aliran Sesat


    Maimunah berbicara kepada wartawan setelah digiring ke luar dari ruang seminar
    ‘Aliran Sesat di Kampus dan Peran IAIN Ar-Raniry’ yang berlangsung di Aula Dinas Syariat Islam Aceh, di Banda Aceh, Sabtu (16/4) tiba-tiba berubah tegang dan mengagetkan. Suasana itu terjadi ketika seorang perempuan bernama Maimunah minta kesempatan bicara melalui moderator.

    Ceritanya, sekitar pukul 12.00 WIB, setelah ketiga narasumber, yaitu Ketua MPU Aceh Prof Dr Muslim Ibrahim MA, Dr Syukri Daud MA dari Dinas Syariat Islam Aceh, dan Ustaz Muhammad Yusran Hadi MA dosen Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry selesai memberi materi, moderator langsung membuka sesi tanya jawab. Spontan saja seorang perempuan berkaca mata hitam mengenakan busana muslimah yang duduk di kursi ujung deretan kedua angkat tangan minta kesempatan bicara.

    Perempuan berpenampilan modis itu memperkenalkan diri bernama Maimunah, alumni dari salah satu pesantren di Lamno dan mengaku mahasiswa IAIN Ar-Raniry, Darussalam. Tanpa buang waktu, perempuan tersebut mengambil microfon dari panitia dan mulai bicara. Logat bicaranya lebih ke intonasi bahasa Arab.

    “Buat apa kalian kaji aliran sesat setiap hari, sekarang saya mau tanya sama kalian yang laki-laki (anta), apakah anta (engkau yang laki) sudah shalat subuh tadi? Kalau kalian tidak shalat subuh, berarti tidak diterima shalat kalian yang lain itu,” kata perempuan itu dengan suara lantang tanpa membuka kaca mata hitamnya.

    Melihat gelagat yang tidak beres itu, panitia langsung menghentikan ‘ceramah’ Maimunah, dan menggiringnya ke luar ruangan. Selanjutnya, belasan peserta diskusi bersama wartawan mengikuti perempuan itu untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya. Karena dia sempat mengaku sebagai mahasiswa IAIN Ar-Raniry, maka panitia meminta diperlihatkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) termasuk KTP. Namun permintaan itu tidak digubris, sehingga panitia berinisiatif memeriksa isi tasnya, namun KTM maupun KTP tidak ditemukan.

    Ketika wartawan menanyakan mengapa tak buka kaca mata hitam berukuran besar yang dikenakan, Maimunah menjawab seenaknya. “Kalau saya buka nanti lelaki terpikat dengan saya karena mata saya memiliki daya tarik. Begitu juga rambut saya, kalau saya buka akan terlihat warna perak, itu pun akan mengundang daya tarik,” ujarnya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang kadang-kadang diselingi bahasa Arab dan bahasa Inggris.

    Nikmatnya Kupi Gayo

    Jika anda sewaktu2 berkunjung ke daerah Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, jangan heran bila hampir dibanyak tempat terdapat warung kopi, (disana disebut, “keude kupii”, waroeng kupi” ), apa lagi anda berkunjung ke pelosok desa atau daerah pinggiran, tentu tidak sulit menemukan nya.

    Dengan cita rasa kopi yang benar2 kopi beneran, hampir 100% kopi murni (tidak dicampur jagung atau bla bla bla... seperti di tempat lainnya), dan bagi anda yang tidak terbiasa minum kopi kental , sebaiknya jangan coba coba , kecuali anda harus memesan terlebih dahulu kepada si penjual agar dibuat lebih sedikit encer, karena bisa2 anda tidak bisa tidur 24 jam ke depan.

    Minum Kopi tidak terpisahkan dengan kebiasaan warga masyarakat di Aceh, jika kita kebetulan berkunjung atau bertamu ke rumah salah satu keluarga atau kerabat di Aceh, sudah pasti secangkir kopi terhidangkan di depan anda, dan itu tidak boleh ditolak, karena itu merupakan sajian / penghargaan masyarakat Aceh terhadap kunjungan tamu ke kediaman mereka. Bahkan di Aceh tidak ada istilah berkunjung tanpa masuk dan duduk di ruang tamu, walau sejenak. Suatu sikap menerima tamu dengan segala kerendahan hati dan menunjukkan sikap senang atas kunjungan anda. Jika anda memang tidak terbiasa minum kopi, anda bisa menyampaikannya kepada tuan rumah, akan dibuatkan teh manis sebagai penggantinya.

    Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.

    Sementara menurut wikipedia, Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :
    Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi.[2]
    Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.[3] Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda.[rujukan?] Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.[3]
    Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta.[4]
    Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.[5] Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.[rujukan?] Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.[6] Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).[7][8]

    Nah...kita kembali tentang cerita minum kopi di Aceh, dari sejak matahari terbit hingga menjelang terbit fajar kembali esok paginya,.. para penikmat kopi ini silih berganti mengunjungi keudee kupi atau sering di sebut waroeng kupi yang terdapat di sekitar keberadaan tinggal mereka.

    mengutip beberapa tulisan :  berbagai masalah muncul karena kecanduan kopi ini, seperti misalnya, Bapak Irwandi Yusuf, Gubernur Nanggoe Aceh Darussalam,sempat gusar karena banyak para pegawai negeri di lingkungannya tidak berada di tempat /meja kerja nya pada jam-jam kerja, hal ini karena mereka sedang berada di keude kupi. Langkah yang ditempuh Bapak Gubernur ketika itu adalah dengan melakukan sweeping ke keudee kupi pavorit pejabat di sana. Sejak itu mereka para pengunjung setia atau penikmat kopi, mulai enggan duduk ber-lama lama di keude kupi.

    Masalah lain pun terjadi, bagi mereka yang telah berkeluarga, setiap pagi para keluarga/ sang istri tercinta telah berupaya menyiapkan sarapan guna dinikmati suami sebelum berangkat kerja, termasuk menghidangkan kopi panas, tetapi... tidak disentuh sama sekali, justru yang di gandrungi adalah kopi yang dijual di warung atau keude kupi langganan, ini pun sering menjadi masalah di dalam rumah tangga.

    Di keudee kupi, mereka para penikmat kopi  seperti menemukan komunitas nya, tempat dimana bertemunya satu sahabat dengan sahabat lain, dengan sanak dan kerabat . Pertemuan di keude kupi ini menjadikannya sebagai ruang sosial atau tempat saling menukar informasi bahkan pembicaraan ke topik yang paling update sekalipun
    Pendapat senada dikemukakan Teuku Kemal Fasya, antropolog di Universitas Malikussaleh, Lhok Seumawe. Di kedai kopi tersedia jawaban atas hal-hal yang tidak terselesaikan melalui jalur formal. 

    Di kedai kopi, warga berbincang mengenai masalah keluarga, politik lokal, nasional, dan isu yang sedang hangat dalam sorotan pers. Pergantian pejabat kerap lebih dulu terdengar di kedai kopi, termasuk skandal pejabat. 

    Sosok kedai kopi itu sendiri mungkin akan mengejutkan mereka yang belum pernah ke Aceh. Di Banda Aceh, ratusan manusia berjubel di beberapa kedai kopi favorit. Kendaraan roda dua dan empat diparkir memanjang seperti di kompleks pertokoan. 

    Kedai kopi umumnya berada di sebuah atau beberapa ruko. Ada pula yang berbentuk warung seperti di Jawa. Dapat dibayangkan ketika ruangan sempit tersebut dijejali manusia pada tengah hari yang terik. Ditambah lagi asap rokok. Tetapi, semakin berjubel manusia justru semakin menarik minat pelanggan. 

    "Di kedai kopi orang dapat bertemu segala rupa dan jabatan manusia. Gubernur, Bupati, Wali Kota, anggota DPRD, pengusaha, kontraktor, guru, ulama, bahkan pengangguran," ujar Teuku Kemal Fasya. Lebih mudah menemui pejabat atau pengusaha di kedai kopi ketimbang di kantornya. "Pertemuan di kedai kopi membuka jalan bagi langkah selanjutnya." 

    Suasana ini sulit ditemukan di daerah lain. Di Jawa, misalnya, jangankan gubernur atau bupati, seorang pejabat eselon II atau III di daerah pastilah enggan duduk di kedai kopi bersama warga biasa atau penganggur karena dianggap dapat mencederai wibawa korps pegawai negeri. 

    Lebih seru komentar yang terbetik di dunia maya seputar keberadaan kedai-kedai kopi khas Aceh ini.
    Seorang blogger, Dudi Gurnadi dan teman-teman misalnya. Ia memelesetkan "warkop" di Aceh ini dengan sebutan "Starblack".
    Kata Starblack merupakan kata plesetan dari warung kopi internasional yang saat ini merambah di berbagai belahan dunia, Starbucks. Warna hitam kopi di kedai-kedai Aceh, serta cita rasa yang tersendiri, membuat kopi Aceh cocok disebut oleh blogger ini sebagai Starblack.
    Blogger lain menyatakan, kedai kopi di Aceh juga menjadi semacam tempat dugem (dunia gemerlap). Tiadanya tempat hiburan di Aceh seperti di ibu kota, diskotek, bioskop, ataupun kelab malam yang menyuguhkan musik hidup lengkap dengan hiburan-hiburannya, membuat kedai kopi Aceh sebagai salah satu "tempat hiburan" yang menyenangkan bagi orang-orang Aceh. 

    Nia (29), misalnya. Pekerja kemanusiaan di salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berafiliasi dengan pemerintahan Amerika Serikat ini mengaku ingin pergi ke Nanggroe Aceh Darussalam karena kangen kongko-kongko dengan teman-teman koleganya di kedai kopi Aceh. Entah di kedai Ayah-Solong, Ulee Kareung, atau di Warkop Chek Yukee, di Jalan Pinggir Kali, Banda Aceh. 

    Lain lagi dengan kalangan kampus ini. "Ketika tiba di kedai kopi, hal pertama yang kami lakukan membaca koran lokal," ujar seorang mantan aktivis mahasiswa. Setelah itu, dimulai pembahasan isu menarik dalam koran tersebut. Masing-masing punya pendapat dan kerap tidak masuk akal. "Maka, kami menyebut ke kedai kopi itu meng-update fitnah," ujarnya. 

    "Masalah apa saja dapat diselesaikan di kedai kopi," ujar Tarmiji (42), pengusaha kedai kopi Pak Geuchik, di dekat Bandara Blang Bintang, Aceh Besar. Ia merujuk Jamil, kontraktor gurem, yang ikut berbincang saat itu. Ketika membutuhkan tenaga tukang bangunan, Jamil cukup menyebarkan informasi di kedai kopi. Esoknya beberapa tukang menemui Jamil di kedai yang sama. 

    Ketika darurat militer masih diberlakukan, bencana mulai menimpa mereka yang masih nekat ke kedai kopi. Apalagi kedai kopi merupakan salah satu target sweeping aparat keamanan.
    Mereka yang dicurigai identitasnya diangkut ke markas militer atau Polri. Di Teupian Raya, beberapa tahun lalu, aparat keamanan membakar kedai kopi setelah sebuah bom meledak dekat jembatan dan menewaskan tiga anggota pasukan Siliwangi. Kedai yang merupakan satu-satunya bangunan dekat lokasi kejadian dicurigai sebagai pos pengendalian serangan bom itu. 

    Teungku Yahya, penasihat Teungku Abdullah Syafei, panglima perang Gerakan Aceh Merdeka (GAM), harus menukar keinginan duduk di kedai kopi di Pidie dengan nyawanya. Aparat keamanan ternyata sudah mengetahui rute favorit gerilyawan GAM. Teungku Yahya pun tewas kena peluru aparat. 

    Suasana kedai adalah salah satu kunci sukses bisnis kedai kopi di Aceh. Kedai kopi milik H Nawawi di Ulee Kareng, Solong Banda Aceh, misalnya. Kedainya selalu ramai, bahkan sering pengunjung berdesak-desakan duduk di kedainya. 

    Keributan? Tidak juga pernah terjadi keributan maupun keluhan. Padahal, setiap hari rata-rata 2.500 orang minum kopi di kedai Nawawi yang dilayani 13 karyawan itu.
    Di Ulee Kareng, harga secangkir kopi biasa Rp 3.500 dan kopi susu Rp 6.000. Berarti, setiap hari ada perputaran uang sekitar Rp 10 juta.
    Hebatnya lagi, harga di kedai-kedai kopi ini juga bisa menjadi semacam "indikator ekonomi" di Aceh. 

    "Sebelum tsunami (2004), penghasilan Rp 20.000 per hari dapat memenuhi kebutuhan hidup. Harga secangkir kopi hanya Rp 1.000. Sekarang penghasilan Rp 50.000 tidak cukup. Harga secangkir kopi sudah Rp 2.500," ujar Ramond. Ramond (64) adalah seorang pengemudi becak bermotor yang kerap mangkal di depan Hotel Sultan, Banda Aceh. 

    Di sana, harga secangkir kopi lebih dipercaya sebagai indikator baik-buruknya keadaan ekonomi. Kenaikan harga BBM atau kebijakan makro lain adalah hal berikut. Di sini, ke kedai kopi adalah bagian dari irama kehidupan dan dianggap menyangkut "hak asasi manusia". Sumber: Maruli Tobing & Mahdi Muhammad (Kompas, Minggu, 02 Desember 2007).
    Itulah sedikit cerita tentang kopi di Aceh, bagi warga Aceh yang sedang sekolah atau merantau / menetap di luar daerah Aceh, pasti merasa kangen untuk bisa menikmati kupi di waroeng kupi daerahnya. Kangen akan suasana daerah, kangen bertemu dengan sahabat serta kerabat.




    Nikmatnya Kupi Ulee Kareng

    Setelah melakukan penjelajahan ke pantai Lhum Puuk dan pelabuhan Ule Lheue beberapa hari yang lalu, dilanjutkan kemaren malem jelajah kuliner dengan makan mie aceh spesial kepiting (mak nyusss), nah untuk hari ini penjelajahan dimulai dari Benteng Indraprata, pulangnya mampir ke pantai Ujung Batee dan ditutup dengan jelajah kuliner di Solong Coffe.
    Solong Coffe adalah nama salah satu kedai kupi di Ulee Kareng (nama salah satu tempat di kota serambi yang terkenal dengan kupinya). Pas nyampe di sana ada pemandangan yang menarik. Kebetulan kedai Kupi itu lokasinya bersebarangan dengan mesjid, dan kebetulan juga pas waktu ashar. Hal yang menarik di sini adalah kedai kupi itu hampir keliatan tutup, hanya terlihat pintunya terbuka sedikit. Pemandangan ini sering terlihat di tempat lain seperti di Jakarta ketika bulan ramadhan, sebagian warung makan akan ditutup sebagian. Ternyata hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan bagi yang sedang melaksanakan sholat ashar di mesjid itu (Subhanallah). Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan.
    Balik lagi ke kupi Ulee Kareng, kupi ini punya cita rasa dan penyajian yang khas. Cara penyajiannya dengan cara direbus dan disaring dulu sebelum disajikan. Jadi kupi yang sudah siap diminum sudah ga ada lagi ampasnya sama seperti kopi instan. Rasanyapun ga kalah khasnya. Pertamax deh. Adapun jenis pilihan kupinya ada 3 macem : kupi biasa (kupi hitam), kupi kocok (campur telor ayam kampung) dan kupi sanger (campur susu sedikit sebagai aroma). Dan kupi yang kupilih adalah kupi biasa (untuk pertama kali ga mau yang aneh-aneh dulu). Hmmmmm sruput put….
    Untuk selanjutnya jelajah kemana lagi ya ?

    Makam Pahlawan Nasional Tjut Nya' Dhien

    Makam Pahlawan Nasional Tjut Nya' Dhien