Selasa, 19 April 2011

Beutarie.Net

Langsa belum Terima Kaset Listening

LANGSA – Hingga hari kedua pelaksanaan Ujian Nasional (UN), Dinas Pendidikan Kota Langsa, Drs H Abdullah Gade, mengaku belum menerima sebanyak 100 unit kaset listening yang akan digunakan pada pelaksanaan ujian Bahasa Inggris yang akan dilangsungkan, Rabu (20/4/2011). “Janjinya malam ini akan dikirimkan,” kata pria yang kerap disapa Waled ini.
Dikatakan, jumlah peserta Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun ini sebanyak 3.055 pelajar. Masing-masing jumlah siswa SMA/MA yang mengikuti UN sebanyak 2.229 pelajar, Sedangkan untuk pelajar tingkat SMK berjumlah sekitar 849 pelajar.
Abdullah juga mengatakan dari sekian banyak yang mengikuti ujian nasional tahun ini 43 pelajar diantaranya tidak bisa mengikuti ujian pada hari pertama, sebagian dari mereka sedang dalam keadaan sakit.
Masing-masing dari tingkat SMA/MA sebanyak 20 siswa dan 23 siswa dari tingkat SMK. "Data tersebut diperoleh setelah dilaporkan panitia UN dari masing-masing dari sejumlah lokasi pelaksanaan. “Insya Allah lain tidak ada kendala. Semua berjalan lancar. Kita berharap anak-anak bisa menjawab dengan tepat dan tidak terpengaruh dengan isu ada lembaran jawaban,” demikian Waled.

Tiga Rumah dan Kantor Desa Terbakar

TAKENGON – Kantor desa dan tiga unit rumah warga di Kampung Arul Relem, Kecamatan Silih Nara, Aceh Tengah, Selasa (19/4/2011) pagi, ludes terbakar. Musibah kebakaran itu terjadi ketika para penghuni rumah sedang berada di kebun, sehingga pada saat kebakaran terjadi kondisi rumah warga dalam keadaan kosong.
Sementara dari tiga unit mobil armada pemadam kebakaran yang dikerahkan untuk melakukan upaya pemadaman api, dua unit mobil diantaranya terlambat tiba di lokasi kejadian karena salah satu mobil pemadam terperosok kedalam lubang yang ada di pinggir ruas jalan Arul Kumer, sekitar tiga kilometer dari lokasi kebakaran.
Satu mobil pemadam kebakaran yang duluan tiba di lokasi, akhirnya hanya menyirami sisa-sisa kebakaran karena ketiga unit rumah warga dan sebagian bangunan kantor desa telah duluan ludes dilahap si jago merah. Akibatnya, sebagian besar harta benda milik korban tidak berhasil diselamatkan.
“Kantor desa yang ikut terbakar itu, baru saja selesai dibangun dan belum diresmikan. Akibatnya sebagian bangunan mengalami kerusakan karena sempat disambar api,” kata Mustariga, warga Kampung Arul Relem, kepada Serambinews.com.
Tiga unit rumah warga yang terbakar itu dihuni oleh empat Kepala Keluarga (KK) yakni M Rasyid Aman Rajiman, Siti Sarah Inen Bumer, M Thaib Aman Samsul, serta Harun. Ke empat KK ini, pada saat kejadian seluruhnya tidak berada dirumah karena sedang menggarap lahan kebun kopi milik mereka.

Lagi, Ratusan Mahasiswa Demo DPRA


Puluhan mahasiswa perwakilan dari 23 Kabupaten/Kota se-Aceh berunjuk rasa di halaman Gedung DPR Aceh, Senin (18/4). Mereka mendesak DPRA segera mensahkan qanun pilkada Aceh terkait calon independen.
- Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kabupaten/kota yang tergabung dalam Barisan Muda Mahasiswa Aceh (BM2A), Senin (18/4) kemarin mendatangi Gedung DPRA. Mereka mendesak agar parlemen Aceh itu secepatnya mengesahkan Rancangan Qanun (Raqan) menjadi Qanun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh.

“Menunda-nunda pengesahan Raqan Pilkada untuk tujuan politik sekelompok elite tertentu sama artinya DPRA mempermainkan dan mengabaikan amanah dan aspirasi masyarakat yang telah memilihnya menjadi anggota legislatif,” ujar Koordinator Lapangan (Korlap) Demonstran, Muhammad Jair Ulim, dalam orasinya di halaman Gedung Utama DPRA, kemarin.

Jair mengatakan, tujuan dan tuntutan mahasiswa datang ke gedung dewan adalah untuk menyampaikan aspirasi kepada DPRA agar segera mengesahkan Raqan Pilkada yang mengakomodir calon perseorangan (independen).

Tuntutan kedua, jika dalam waktu sebulan ini Raqan Pilkada tidak juga disahkan, maka para pengunjuk rasa mendesak Ketua DPRA segera mengundurkan diri. “Apabila tidak mengundurkan diri, kami akan lakukan revolusi terhadap DPRA,” pekik Jair.

Setelah membacakan tuntutannya, Korlap Demonstran, Muhammad Jair menyerahkan surat petisi kepada Wakil Ketua II DPRA, Drs Sulaiman Abda untuk diteruskan kepada Ketua DPRA, Drs H Hasbi Abdullah.

Drs H Sulaiman Abda didampingi anggota DPRA, Darmuda, kepada para ratusan pendemo mengatakan, DPRA segera membahas dan mengesahkan Raqan Pilkada. Bukti bahwa DPRA akan mengesahkan raqan tersebut, pada Senin (18/4) kemarin, Pansus III DPRA yang ditugasi untuk menyusun dan membahas draf Raqan Pilkada yang baru, saat ini sedang melakukan konsultasi dengan pihak Menkopolhukam, Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) di Jakarta.

Kunjungan Pansus III DPRA ke Menkopolhukam itu, menurut Sulaiman Abda, untuk maksud seperti yang kini dituntut para mahasiswa yang berdemo di halaman Gedung DPRA kemarin. DPRA telah berjanji akan menyelesaikan Raqan Pilkada, setelah pengesahan RAPBA 2011 menjadi Qanun APBA 2011.

Pengesahan Raqan APBA 2011 menjadi Qanun APBA 2011, kata Wakil Ketua II DPRA itu, sudah dilaksanakan Jumat (15/4) pekan lalu. Seluruh fraksi DPRA, yaitu Fraksi Partai Aceh, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Golkar, dan Fraksi PPP/PKS, menyetujui Raqan APBA 2011 yang diajukan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf senilai Rp 7,945 triliun. Senin (18/4) kemarin, qanun tersebut telah dibawa ke Kemendagri untuk dievaluasi dan diverifikasi.

Sulaiman Abda mengemukakan alasan mengapa DPRA lebih dulu mengesahkan Raqan APBA 2011. “Itu karena, selain untuk mempercepat pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pembangunan yang sedang ditunggu-tungu rakyat yang terdapat dalam APBA, juga karena usulan anggaran untuk pelaksanaan pilkada sebesar Rp 136 miliar, masuk di dalam RAPBA 2011.”

Jadi, menurut Sulaiman, supaya anggaran pilkada bisa dipakai atau dicairkan untuk pembiayaan berbagai tahapan pelaksanaan pemilihan gubernur/wakil gubernur serta 17 kepala daerah kabupaten/kota, maka Raqan APBA 2011 itu, harus disahkan lebih dulu, baru menyusul Raqan Pilkada.

Demo ke Gedung DPRA terkait isu Raqan Pilkada bukan cuma kemarin terjadi. Sebelumnya, Selasa (5/4) massa yang menamakan dirinya Mahasiswa Peduli Rakyat Aceh (MPR-Aceh) juga menggelar aksi demo di Gedung DPRA. Mereka menuntut pelaksanaan pilkada tepat waktu dan RAPBA 2011 segera disahkan. Aksi demo tersebut berlangsung panas dan ricuh, bahkan antara demonstran dengan polisi sempat saling pukul.

Demonstran yang mengenakan pita merah di kepala dan bagian lengan tersebut tiba di DPRA sekitar 10.40 WIB disambut aparat kepolisian dari Polresta Banda Aceh yang sudah siaga.

Koordinator Aksi dari MPR-Aceh, dengan menggunakan pengeras suara membacakan beberapa pernyataan sikap dan kecaman kepada dewan. “Kami mendesak DPRA segera mengesahkan APBA 2011 dan tidak menunda-nunda lagi jadwal pilkada. Ini harga mati,” teriak Sofian disambut teriakan-teriakan bernada kecaman, seperti, “pilkada molor, APBA jebol, DPRA tolol”.

Senin, 18 April 2011

Resep Rujak Aceh


Resep Rujak AcehCara Membuat Rujak Aceh
Bahan :


500 gram bangkuang, dikupas, dicincang agak halus
500 gram mangga mentah, dibuang kulit dan bijinya, dicincang agak halus
2 buah nenas, dikupas, dicincang agak halus
400 gram mentimun, dicincang agak halus
200 gram salak, dicincang agak halus
500 gram daging buah jeruk bali
10 buah jambu air, dicincang agak halus
200 gram wortel, dicincang agak halus
3500 cc air panas
400 gram gula pasir ( tergantung selera )
4 sendok makan garam ( tergantung slera )
6 biji cabai merah, dihaluskan
air jeruk nipis, bila perlu
es batu secukupnya

Cara Membuat :
  1. Campu semua bahan jadi satu, aduk aduk dan cicipi semua bumbunya tambahkan garam, gula dan air jeruk nipis bila perlu.
  2. Setelah itu dihidangkan dengan memasukkan es batu secukup nya.

Timphan (Aceh)

Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphan, gulai itik, kari kambing yang lezat, Gulai Pliek U dan meuseukat yang langka. Di samping itu emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol Sabang yang dibuat dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis asal Peukan Bada, Aceh Besar juga bisa jadi andalan bagi NAD.

Resep Timphan
Bahan :
  • 200 gr tepung ketan
  • 2 sdm santan kental
  • 1 sdm air kapur sirih
  • 1/4 sdt garam
  • 250 gr pisang raja dihaluskan
  • Daun pisang muda
Isi :
  • 2 butir telur ayam
  • 50 ml santan kental
  • 100 gr gula pasir
  • 25 gr nangka masak cincang kecil
  • 1/2 sdt tepung terigu
  • 1 lembar daun pandan
  • 50 gr kelapa muda parut halus
  • 1/4 sdt vanili
Cara membuat :
  1. Aduk tepung ketan dan pisang yang sudah dihaluskan serta santan, air kapur, dan garam hingga tercampur rata. Adonan ini digunakan untuk kulit.
  2. Ambil daun pisang olesi dengan minyak lalu tipiskan adonan kulit, beri adonan isi kemudian digulung, dibungkus seperti lontong kecil, kukus hingga matang selama + 10 menit.
  3. Buat adonan isi : Kocok telur dan gula hingga kental dengan mixer, masukkan tepung terigu dan santan, aduk rata, tambahkan nangka dan kelapa muda, beri daun pandan, masak sampai kental, angkat, beri vanili, aduk rata. Setelah matang dinginkan dan gunakan sebagai isi timphan.
Untuk : 15 Porsi (1 porsi = 114 kalori)

Gule Pliek (Aceh)













Bahan200 gr plik u
nangka muda
pepaya muda
melinjo
daun melinjo, rajang
terong (kalo suka)
kacang panjang
100 gr kacang tanah (boleh lebih)
100 gr udang (boleh lebih)
3 btg serai, rajang pangkalnya, memarkan ujungnya
15 lbr daun jeruk, dirajang halus
5 siung bawang merah, rajang
2 cm lengkuas, memarkan
4 gelas santan
1 ons cabe hijau, rajang kasar (klo gak suka pedes, kurangin aja)
garam
Bumbu Halus
  • 6 cabe kering
  • 3 cabe merah
  • 5 cabe rawit
  • 3 siung bawang putih
  • 5 siung bawang merah
  • 1/2 sdt jintan
  • 1 cm jahe
  • 2 cm kunyit
  • 1 sdt ketumbar
Cara membuat
  • Rendam plik u dengan air panas kira2 10 menit. Tiriskan. Cuci dengan air dingin. Tiriskan. Blender sampai halus.
  • Jerang air. Masukkan plik u dan bumbu halus plus garam.
  • Masukkan melinjo.
  • Masukkan kacang tanah dan udang.
  • Masukkan santan.
  • Masukkan sayuran yang sudah dipotong-potong (jgn terlalu kasar) dan semua bahan.
  • Masak sampai matang.
  • Santap dengan nasi hangat dan ikan asin goreng kering

Wanita Berkaca Mata Hitam Hebohkan Diskusi Aliran Sesat


Maimunah berbicara kepada wartawan setelah digiring ke luar dari ruang seminar
‘Aliran Sesat di Kampus dan Peran IAIN Ar-Raniry’ yang berlangsung di Aula Dinas Syariat Islam Aceh, di Banda Aceh, Sabtu (16/4) tiba-tiba berubah tegang dan mengagetkan. Suasana itu terjadi ketika seorang perempuan bernama Maimunah minta kesempatan bicara melalui moderator.

Ceritanya, sekitar pukul 12.00 WIB, setelah ketiga narasumber, yaitu Ketua MPU Aceh Prof Dr Muslim Ibrahim MA, Dr Syukri Daud MA dari Dinas Syariat Islam Aceh, dan Ustaz Muhammad Yusran Hadi MA dosen Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry selesai memberi materi, moderator langsung membuka sesi tanya jawab. Spontan saja seorang perempuan berkaca mata hitam mengenakan busana muslimah yang duduk di kursi ujung deretan kedua angkat tangan minta kesempatan bicara.

Perempuan berpenampilan modis itu memperkenalkan diri bernama Maimunah, alumni dari salah satu pesantren di Lamno dan mengaku mahasiswa IAIN Ar-Raniry, Darussalam. Tanpa buang waktu, perempuan tersebut mengambil microfon dari panitia dan mulai bicara. Logat bicaranya lebih ke intonasi bahasa Arab.

“Buat apa kalian kaji aliran sesat setiap hari, sekarang saya mau tanya sama kalian yang laki-laki (anta), apakah anta (engkau yang laki) sudah shalat subuh tadi? Kalau kalian tidak shalat subuh, berarti tidak diterima shalat kalian yang lain itu,” kata perempuan itu dengan suara lantang tanpa membuka kaca mata hitamnya.

Melihat gelagat yang tidak beres itu, panitia langsung menghentikan ‘ceramah’ Maimunah, dan menggiringnya ke luar ruangan. Selanjutnya, belasan peserta diskusi bersama wartawan mengikuti perempuan itu untuk mencari tahu siapa dia sebenarnya. Karena dia sempat mengaku sebagai mahasiswa IAIN Ar-Raniry, maka panitia meminta diperlihatkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) termasuk KTP. Namun permintaan itu tidak digubris, sehingga panitia berinisiatif memeriksa isi tasnya, namun KTM maupun KTP tidak ditemukan.

Ketika wartawan menanyakan mengapa tak buka kaca mata hitam berukuran besar yang dikenakan, Maimunah menjawab seenaknya. “Kalau saya buka nanti lelaki terpikat dengan saya karena mata saya memiliki daya tarik. Begitu juga rambut saya, kalau saya buka akan terlihat warna perak, itu pun akan mengundang daya tarik,” ujarnya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang kadang-kadang diselingi bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Nikmatnya Kupi Gayo

Jika anda sewaktu2 berkunjung ke daerah Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, jangan heran bila hampir dibanyak tempat terdapat warung kopi, (disana disebut, “keude kupii”, waroeng kupi” ), apa lagi anda berkunjung ke pelosok desa atau daerah pinggiran, tentu tidak sulit menemukan nya.

Dengan cita rasa kopi yang benar2 kopi beneran, hampir 100% kopi murni (tidak dicampur jagung atau bla bla bla... seperti di tempat lainnya), dan bagi anda yang tidak terbiasa minum kopi kental , sebaiknya jangan coba coba , kecuali anda harus memesan terlebih dahulu kepada si penjual agar dibuat lebih sedikit encer, karena bisa2 anda tidak bisa tidur 24 jam ke depan.

Minum Kopi tidak terpisahkan dengan kebiasaan warga masyarakat di Aceh, jika kita kebetulan berkunjung atau bertamu ke rumah salah satu keluarga atau kerabat di Aceh, sudah pasti secangkir kopi terhidangkan di depan anda, dan itu tidak boleh ditolak, karena itu merupakan sajian / penghargaan masyarakat Aceh terhadap kunjungan tamu ke kediaman mereka. Bahkan di Aceh tidak ada istilah berkunjung tanpa masuk dan duduk di ruang tamu, walau sejenak. Suatu sikap menerima tamu dengan segala kerendahan hati dan menunjukkan sikap senang atas kunjungan anda. Jika anda memang tidak terbiasa minum kopi, anda bisa menyampaikannya kepada tuan rumah, akan dibuatkan teh manis sebagai penggantinya.

Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.

Sementara menurut wikipedia, Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi.[2]
Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.[3] Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda.[rujukan?] Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.[3]
Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta.[4]
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.[5] Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.[rujukan?] Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.[6] Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).[7][8]

Nah...kita kembali tentang cerita minum kopi di Aceh, dari sejak matahari terbit hingga menjelang terbit fajar kembali esok paginya,.. para penikmat kopi ini silih berganti mengunjungi keudee kupi atau sering di sebut waroeng kupi yang terdapat di sekitar keberadaan tinggal mereka.

mengutip beberapa tulisan :  berbagai masalah muncul karena kecanduan kopi ini, seperti misalnya, Bapak Irwandi Yusuf, Gubernur Nanggoe Aceh Darussalam,sempat gusar karena banyak para pegawai negeri di lingkungannya tidak berada di tempat /meja kerja nya pada jam-jam kerja, hal ini karena mereka sedang berada di keude kupi. Langkah yang ditempuh Bapak Gubernur ketika itu adalah dengan melakukan sweeping ke keudee kupi pavorit pejabat di sana. Sejak itu mereka para pengunjung setia atau penikmat kopi, mulai enggan duduk ber-lama lama di keude kupi.

Masalah lain pun terjadi, bagi mereka yang telah berkeluarga, setiap pagi para keluarga/ sang istri tercinta telah berupaya menyiapkan sarapan guna dinikmati suami sebelum berangkat kerja, termasuk menghidangkan kopi panas, tetapi... tidak disentuh sama sekali, justru yang di gandrungi adalah kopi yang dijual di warung atau keude kupi langganan, ini pun sering menjadi masalah di dalam rumah tangga.

Di keudee kupi, mereka para penikmat kopi  seperti menemukan komunitas nya, tempat dimana bertemunya satu sahabat dengan sahabat lain, dengan sanak dan kerabat . Pertemuan di keude kupi ini menjadikannya sebagai ruang sosial atau tempat saling menukar informasi bahkan pembicaraan ke topik yang paling update sekalipun
Pendapat senada dikemukakan Teuku Kemal Fasya, antropolog di Universitas Malikussaleh, Lhok Seumawe. Di kedai kopi tersedia jawaban atas hal-hal yang tidak terselesaikan melalui jalur formal. 

Di kedai kopi, warga berbincang mengenai masalah keluarga, politik lokal, nasional, dan isu yang sedang hangat dalam sorotan pers. Pergantian pejabat kerap lebih dulu terdengar di kedai kopi, termasuk skandal pejabat. 

Sosok kedai kopi itu sendiri mungkin akan mengejutkan mereka yang belum pernah ke Aceh. Di Banda Aceh, ratusan manusia berjubel di beberapa kedai kopi favorit. Kendaraan roda dua dan empat diparkir memanjang seperti di kompleks pertokoan. 

Kedai kopi umumnya berada di sebuah atau beberapa ruko. Ada pula yang berbentuk warung seperti di Jawa. Dapat dibayangkan ketika ruangan sempit tersebut dijejali manusia pada tengah hari yang terik. Ditambah lagi asap rokok. Tetapi, semakin berjubel manusia justru semakin menarik minat pelanggan. 

"Di kedai kopi orang dapat bertemu segala rupa dan jabatan manusia. Gubernur, Bupati, Wali Kota, anggota DPRD, pengusaha, kontraktor, guru, ulama, bahkan pengangguran," ujar Teuku Kemal Fasya. Lebih mudah menemui pejabat atau pengusaha di kedai kopi ketimbang di kantornya. "Pertemuan di kedai kopi membuka jalan bagi langkah selanjutnya." 

Suasana ini sulit ditemukan di daerah lain. Di Jawa, misalnya, jangankan gubernur atau bupati, seorang pejabat eselon II atau III di daerah pastilah enggan duduk di kedai kopi bersama warga biasa atau penganggur karena dianggap dapat mencederai wibawa korps pegawai negeri. 

Lebih seru komentar yang terbetik di dunia maya seputar keberadaan kedai-kedai kopi khas Aceh ini.
Seorang blogger, Dudi Gurnadi dan teman-teman misalnya. Ia memelesetkan "warkop" di Aceh ini dengan sebutan "Starblack".
Kata Starblack merupakan kata plesetan dari warung kopi internasional yang saat ini merambah di berbagai belahan dunia, Starbucks. Warna hitam kopi di kedai-kedai Aceh, serta cita rasa yang tersendiri, membuat kopi Aceh cocok disebut oleh blogger ini sebagai Starblack.
Blogger lain menyatakan, kedai kopi di Aceh juga menjadi semacam tempat dugem (dunia gemerlap). Tiadanya tempat hiburan di Aceh seperti di ibu kota, diskotek, bioskop, ataupun kelab malam yang menyuguhkan musik hidup lengkap dengan hiburan-hiburannya, membuat kedai kopi Aceh sebagai salah satu "tempat hiburan" yang menyenangkan bagi orang-orang Aceh. 

Nia (29), misalnya. Pekerja kemanusiaan di salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berafiliasi dengan pemerintahan Amerika Serikat ini mengaku ingin pergi ke Nanggroe Aceh Darussalam karena kangen kongko-kongko dengan teman-teman koleganya di kedai kopi Aceh. Entah di kedai Ayah-Solong, Ulee Kareung, atau di Warkop Chek Yukee, di Jalan Pinggir Kali, Banda Aceh. 

Lain lagi dengan kalangan kampus ini. "Ketika tiba di kedai kopi, hal pertama yang kami lakukan membaca koran lokal," ujar seorang mantan aktivis mahasiswa. Setelah itu, dimulai pembahasan isu menarik dalam koran tersebut. Masing-masing punya pendapat dan kerap tidak masuk akal. "Maka, kami menyebut ke kedai kopi itu meng-update fitnah," ujarnya. 

"Masalah apa saja dapat diselesaikan di kedai kopi," ujar Tarmiji (42), pengusaha kedai kopi Pak Geuchik, di dekat Bandara Blang Bintang, Aceh Besar. Ia merujuk Jamil, kontraktor gurem, yang ikut berbincang saat itu. Ketika membutuhkan tenaga tukang bangunan, Jamil cukup menyebarkan informasi di kedai kopi. Esoknya beberapa tukang menemui Jamil di kedai yang sama. 

Ketika darurat militer masih diberlakukan, bencana mulai menimpa mereka yang masih nekat ke kedai kopi. Apalagi kedai kopi merupakan salah satu target sweeping aparat keamanan.
Mereka yang dicurigai identitasnya diangkut ke markas militer atau Polri. Di Teupian Raya, beberapa tahun lalu, aparat keamanan membakar kedai kopi setelah sebuah bom meledak dekat jembatan dan menewaskan tiga anggota pasukan Siliwangi. Kedai yang merupakan satu-satunya bangunan dekat lokasi kejadian dicurigai sebagai pos pengendalian serangan bom itu. 

Teungku Yahya, penasihat Teungku Abdullah Syafei, panglima perang Gerakan Aceh Merdeka (GAM), harus menukar keinginan duduk di kedai kopi di Pidie dengan nyawanya. Aparat keamanan ternyata sudah mengetahui rute favorit gerilyawan GAM. Teungku Yahya pun tewas kena peluru aparat. 

Suasana kedai adalah salah satu kunci sukses bisnis kedai kopi di Aceh. Kedai kopi milik H Nawawi di Ulee Kareng, Solong Banda Aceh, misalnya. Kedainya selalu ramai, bahkan sering pengunjung berdesak-desakan duduk di kedainya. 

Keributan? Tidak juga pernah terjadi keributan maupun keluhan. Padahal, setiap hari rata-rata 2.500 orang minum kopi di kedai Nawawi yang dilayani 13 karyawan itu.
Di Ulee Kareng, harga secangkir kopi biasa Rp 3.500 dan kopi susu Rp 6.000. Berarti, setiap hari ada perputaran uang sekitar Rp 10 juta.
Hebatnya lagi, harga di kedai-kedai kopi ini juga bisa menjadi semacam "indikator ekonomi" di Aceh. 

"Sebelum tsunami (2004), penghasilan Rp 20.000 per hari dapat memenuhi kebutuhan hidup. Harga secangkir kopi hanya Rp 1.000. Sekarang penghasilan Rp 50.000 tidak cukup. Harga secangkir kopi sudah Rp 2.500," ujar Ramond. Ramond (64) adalah seorang pengemudi becak bermotor yang kerap mangkal di depan Hotel Sultan, Banda Aceh. 

Di sana, harga secangkir kopi lebih dipercaya sebagai indikator baik-buruknya keadaan ekonomi. Kenaikan harga BBM atau kebijakan makro lain adalah hal berikut. Di sini, ke kedai kopi adalah bagian dari irama kehidupan dan dianggap menyangkut "hak asasi manusia". Sumber: Maruli Tobing & Mahdi Muhammad (Kompas, Minggu, 02 Desember 2007).
Itulah sedikit cerita tentang kopi di Aceh, bagi warga Aceh yang sedang sekolah atau merantau / menetap di luar daerah Aceh, pasti merasa kangen untuk bisa menikmati kupi di waroeng kupi daerahnya. Kangen akan suasana daerah, kangen bertemu dengan sahabat serta kerabat.




Nikmatnya Kupi Ulee Kareng

Setelah melakukan penjelajahan ke pantai Lhum Puuk dan pelabuhan Ule Lheue beberapa hari yang lalu, dilanjutkan kemaren malem jelajah kuliner dengan makan mie aceh spesial kepiting (mak nyusss), nah untuk hari ini penjelajahan dimulai dari Benteng Indraprata, pulangnya mampir ke pantai Ujung Batee dan ditutup dengan jelajah kuliner di Solong Coffe.
Solong Coffe adalah nama salah satu kedai kupi di Ulee Kareng (nama salah satu tempat di kota serambi yang terkenal dengan kupinya). Pas nyampe di sana ada pemandangan yang menarik. Kebetulan kedai Kupi itu lokasinya bersebarangan dengan mesjid, dan kebetulan juga pas waktu ashar. Hal yang menarik di sini adalah kedai kupi itu hampir keliatan tutup, hanya terlihat pintunya terbuka sedikit. Pemandangan ini sering terlihat di tempat lain seperti di Jakarta ketika bulan ramadhan, sebagian warung makan akan ditutup sebagian. Ternyata hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan bagi yang sedang melaksanakan sholat ashar di mesjid itu (Subhanallah). Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan.
Balik lagi ke kupi Ulee Kareng, kupi ini punya cita rasa dan penyajian yang khas. Cara penyajiannya dengan cara direbus dan disaring dulu sebelum disajikan. Jadi kupi yang sudah siap diminum sudah ga ada lagi ampasnya sama seperti kopi instan. Rasanyapun ga kalah khasnya. Pertamax deh. Adapun jenis pilihan kupinya ada 3 macem : kupi biasa (kupi hitam), kupi kocok (campur telor ayam kampung) dan kupi sanger (campur susu sedikit sebagai aroma). Dan kupi yang kupilih adalah kupi biasa (untuk pertama kali ga mau yang aneh-aneh dulu). Hmmmmm sruput put….
Untuk selanjutnya jelajah kemana lagi ya ?

Makam Pahlawan Nasional Tjut Nya' Dhien

Makam Pahlawan Nasional Tjut Nya' Dhien

Terminal Peureulak Aceh Timur





Acara Maulid di Gampong Beuringin Peureulak Barat Aceh Timur
















Pempeng Peureulak yang Kian Diminati

Pempeng (sejenis kerang) dijajakan di pinggir jalan kawasan Desa Bom, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur
BOLEH jadi belum banyak yang tahu. Ternyata di Krueng Peureulak, Aceh Timur, terdapat sejenis kerang yang dinamakan pempeng. Pempeng yang dipungut dari aliran sungai Peureulak yang pernah dijadikan lintasan bahtera milik Nurul A’la, puteri kerajaan Peureulak tempo dulu itu, kini banyak dijajakan di pinggir jalan kawasan Desa Bhom, Kecamatan Ranto Peureulak, sekitar 10 Km dari pusat Kota Peureulak.

Menurut para penjual, pempeng tersebut didapat di sungai dengan cara menyelam. Kemudian baru dijajakan di pinggir jalan. Kondisi seperti ini memang tidak ditemui setiap harinya, apalagi ketika air sungai sedang pasang atau dilanda banjir. Namun jika kondisi air sungai stabil, maka banyak anak-anak yang ikut menyelam mencari pempeng dengan bantuan galah yang terbuat dari bambu.

Hamdani (25) misalnya, salah seorang penyelam pempeng mengaku, untuk mendapatkan pempeng tidak sulit bila air sedang surut. Kata dia, pempeng bisa didapatkan dengan cara dikorek menggunakan tangan. Kemudian dibalut ke dalam kain atau baju penyelam dan selanjutnya diangkat ke permukaan air. Dalam sehari, terkadang bagi yang sudah sering menyelam, bisa mendapatkan 1.000 butir pempeng.

Menurut dia, bagi sebagian anak-anak di sana, menyelam untuk mencari pempeng sudah menjadi kegiatan sehari-hari. Selain kesempatan untuk bermain, juga mendapatkan uang dari penjualan pempeng.

Tokoh masyarakat Desa Bhom, Jalaluddin Abubakar mengatakan, menurut cerita, pempeng dibawa oleh serdadu Jepang ketika mereka mendarat di Aceh tahun 1942 lalu. Pempeng yang dibawa itu mereka lepaskan dalam Krueng Peurelak, yang kemudian beranak pinak di sana sampai sekarang.

 “Kabarnya pempeng itu adalah nama seorang serdadu Jepang yang membawa kerang tersebut ke sana. Ada juga yang bilang itu pempeng adalah nama kerang air tawar dalam bahasa Jepang,” sebutnya.

Dikatakan Jalaluddin, pempeng memang tidak ditemui di aliran sungai lain. Cita rasanya memang sangat khas dan berbeda dengan jenis kerang biasa. Jenis pempeng banyak diracik sebagai kuah “asam keueng”.

Kini kawasan Bhom dikenal dengan produksi pempengnya. Dalam satu tumpuk dengan jumlah 20 biji pempeng dijual sekitar Rp 5.000 ribu. Meski banyak digemari warga, stok pempeng yang dijual di pinggir jalan itu tidak selamanya tersedia, sangat tergantung dari para penyelam. Semoga pempeng menjadi aset yang tidak punah.

Sejarah yang Hilang

Quantcast
Sejarah sering sekali terlupakan. Baik disengaja maupun tanpa disengaja. Parahnya, terkadang, sejarah juga dimanfaatkan untuk meraih keuntungan dengan berbagai dalih proposal pembangunan. kondisi real ini, terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia.
Untuk Aceh, tidak bisa dipungkiri bila Peureulak merupakan salah satu saksi hidup. Bagaimana perjuangan, kehidupan, dan agama berkembang menjadi sebuah identitas tersendiri. Namun, sayang semuanya terlupakan.
Kepedulian atas penghormatan pun nyaris tak terpikirkan dan terlihat. Adakalanya, penghormatan hanya sebuah keterpaksaan yang dibuat untuk menyenangkan “pemimpin-pemimpin” yang ada.
Lihatlah kondisi yang terjadi di Peureulak.
Salah satunya adalah Bangunan Monumen Sejarah Islam (Monisa) di Desa Paya Meuligoe, Kecamatan Peureulak Kota, Aceh Timur. Saat ini, kondisi situs bersejarah itu terbengkalai dan sangat memprihatinkan. Bahkan, keberadaan bangunan itu nyaris hilang akibat tidak ada perhatian dari pihak terkait.
Selain keberadaan Monisa, jalan menuju lokasi tersebut serta sejumlah desa sekitar juga mengkhawatirkan. Padahal, bagi generasi penerus Aceh, keberadaan bangunan ini sangat penting untuk mengingat sejarah masuknya Islam pertama ke Aceh.
Sebelumnya, pada November 2007 lalu, Wakil Bupati Aceh Timur, Nasruddin Abubakar pernah melakukan kunjungan kerja meninjau letak keberadaan Monisa serta sejumlah makam pendiri kerajaan islam pertama di Asia Tenggara. Toh, belum ada perubahan yang signifikan walu diakui telah mengalami perbaikan.
Makam bersejarah yakni Makam Sultan Alaidin Said Abdul Azizsyah. Sultan Alaidin bersama istri Putri Meurah Mahdum Hudawi merupakan pendiri kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara pada 1 Muharram 225 sampai 249 H atau 840 hingga 864 Masehi.
situs-situs bersejarah tak terawat dengan baik….. akankah semuanya terlupakan atau memang sengaja kita lupakan?

Monumen Kerajaan Islam Peureulak (Monumen Islam Asia Tenggara)

Dikawasan ini dahulu  tempat berdirinya Kerajaan Islam Peureulak yang pertama di Asia Tenggara pada abad ke-9 Masehi berada, Monumen ini dibangun sebagai simbol tempat Kerajaan Islam Peureulak yang pertama di Asia Tenggara yang didirikan pada tahun 840-864 M dengan Raja Pertama Sultan Alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah. Di lokasi ini juga terdapat makam Beliau dan Isterinya.



Kategori : Tempat Penting Sejarah
Alamat Lokasi : Desa Paya Meuligau, Kecamatan Peureulak, Kab.Aceh Timur.
Kabupaten/Kota : Kabupaten Aceh Timur

Mata uang kerajaan



Mata uang kerajaan Sebagian mata uang kerajaan Peureulak yang ditemukan kembali oleh warga. Mata uang itu menyebutkan nama raja pada tahun memimpin dan khas keislaman. Kini mata uang itu juga dipajang di stand Aceh Timur di PKA 5 di Banda Aceh.
Mata uang kerajaan Sebagian mata uang kerajaan Peureulak yang ditemukan kembali oleh warga. Mata uang itu menyebutkan nama raja pada tahun memimpin dan khas keislaman. Kini mata uang itu juga dipajang di stand Aceh Timur di PKA 5 di Banda Aceh.

Polisi rampok emas ditahan

BIREUEN - Tiga dari empat pemuda yang diduga maling uang celengan masjid Desa Cot Tufah, Gandapura, Bireuen, Jumat (15/4) malam, terus diburu, sedangkan seorang sudah diamankan hari itu juga.

“Kita masih mencari tiga pelaku pembobol celengan amal di Mesjid Cot Tufah yang dipergoki warga hingga berujung kepada menangkap seorang rekan dari tiga pelaku berunjung kepada pembakaran sepeda motor Jupiter MX. Bahkan tersangka Heri sempat disiram bensin yang rencananya hendak dibakar warga,” kata Kapolres Bireuen AKBP H.R Dadik Junaedi melalui Kapolsek Gandapura Iptu Aji Wisa Prayogo, melalui Kanit Reskrim Polsek Bripka Usman Ameh.

Menurut Usman Ameh, diburunya tga dari empat tersangka karena Heri yang telah kita amankan mengaku tidak tahu menahu masalah tiga temannya mencuri uang celengan masjid itu dan saat itu dia hanya duduk di atas sepmor di luar masjid. Sedangkan temannya, menurut Heri, yang melakukan aksi.

Sementara Kapolres Bireuen Ajun Komisaris Besar Polisi H Raden Dadik Junaedi Supri Hartono yang dikonfirmasi terpisah, mengimbau masyarakat termasuk warga Desa Cot Tufah supaya tidak melakukan tindakan main hakim sendiri. Setelah mengkap pelaku kriminal serahkanlah pada polisi supaya dapat diproses sesuai hukum yang berlaku.

7 siswa gagal UAN

BANDA ACEH – Hari pertama pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) tingkat SMU sederajat di Kota Banda Aceh berjalan dengan lancar dan normal. Tidak ada kendala ataupun persoalan serius yang secara massif mengganggu pelaksanaan UAN itu sendiri. Dari 4.597 jumlah siswa di Kota Banda Aceh yang mengikuti UAN hanya 7 orang yang tidak mengikuti dengan alasan sakit. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh Sofyan Sulaiman kepada Waspada Online.

Dijelaskannya, 7 orang siswa yang gagal mengikuti UAN tersebut akan dapat mengikuti pelaksanaan UAN susulan yang akan dilaksanakan pada bulan April ini juga.

Selain itu, ditambahkannya, ada sedikit masalah yang terjadi di SMU Negeri 13, yakni lembar soal yang diterima oleh pihak sekolah hanya memiliki satu kode soal, yang seharusnya tiap soal memiliki dua kode soal. Namun hal ini sudah dapat diatasi oleh pihak penyelenggara UAN.

Diharapkannya, UAN 2011 ini, secara kualitas dan kuantitas hasil yang diharapkan lebih baik dari tahun sebelumnya. ‘ Dengan proses penyelenggaraan pendidikan yang kita lakukan selama ini, kita yakin bahwa prestasi siswa Banda Aceh yang lulus UAN pada tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya.

36 tahun warga Agara gelap gulita

KUTACANE - Setelah menunggu 36 tahun lebih dan terpaksa menjalani hidup tanpa penerangan, warga dua desa di Kecamatan Ketambe Aceh Tenggara (Agara) akhirnya bernafas lega. Sebab, paling lambat diakhir 2011, warga Simpur Jaya dan Rumah Bundar Kecamatan Ketambe yang berbatasan dengan Gayo Lues, akan menikmati penerangan listrik dari PLN Kutacane.

Bupati Agara, Hasanuddin B, mengatakan berhasilnya pembangunan jaringan listrik di desa yang terletak di bagian paling utara Agara itu, merupakan kabar menggembirakan, karena sejak kabupaten ini berdiri 1974, perjuangan untuk memasukkan listrik ke Simpur Jaya dan Rumah Bundar, nyaris jadi mission imposible. Karena banyaknya rintangan dan tantangan yang harus dihadapi.

“Insya Allah, paling lambat akhir tahun 2011 kedua desa berpenduduk 200 kk lebih dan yang belum tersentuh penerangan listrik PLN, akan menikmati penerangan
seperti ratusan desa di Agara lainnya yang telah lama menikmati penerangan dari pihak PLN,” ujar bupati, malam ini.

Diakui bupati, untuk merealisasikan listrik PLN masuk ke desa Simpur Jaya dan Rumah Bundar itu bukanlah hal yang mudah, masalahnya harus melewati Taman Nasional Ketambe dan Lawe Gurah dan dituding bisa membahayakan hewan karimata yang ada di sekitar TNGL maupun kekhawatiran bakal terjadinya penebangan pohon di dalam kawasan.

Namun setelah komunikasi dilakukan dengan pihak TNGL, izin prinsip dari Balai Besar di Medan, pihak PLN, Pemkab dan pihak berkompeten lainnya, penerangan listrik melalui kabel bawah tanah sepanjang 3 km dan menelan dana Rp4 miliar,  akhirnya berhasil setelah disetujui pemasangan kabel transmisi bawah tanah dan bukan melalui jaringan di atas tanah dan udara terbuka.

Pasar Bireuen rusak pemandangan

BIREUEN - Walau pun pedagang sayur di pasar Bireuen belum lama ini sudah dipindah ke pasar baru, namun sebagaian di antara mereka masih menempatkan di sebagian atas ruas jalan pasar ikan sebelah selatan. Sehingga selain merusak pemandangan dan terganggu pengguna jalan atau warga yang datang berbelanja juga dapat mengancam pedagang toko.
.
Beberapa pedagang sayur dan rempah-rempah masih berjualan di atas badan jalan sebelah selatan pasar ikan atau jalan diantara pasar ikan dengan pasar sayur yang baru. Menurut pedagang di toko, masih adanya pedagang sayur di tengah jalan itu, dapat mengakibatkan kurang rapinya pasar kawasan itu juga dagangan para pedagang kurang laris.

Pasalnya, karena bagian beberapa unit toko tertutup dengan dagangannya para pedangang di tengah jalan itu. “Kami harap pihak terkait melakukan penertiban kembali supaya suasana pasar Bireuen ini baik dan rapi,” kata seorang pedagang toko, sore ini.

Pelanggan PLN Protes Biaya Tambahan


LHOKSEUMAWE – Sejumlah pelanggan PT PLN (Persero) di Lhokseumawe memprotes sistem pembayaran rekening listrik sistem online, karena setiap pembayaran rekening listrik dikenakan biaya Rp 1.600.
”Sebelumnya kami sudah menandatangi tempat pembayaran biasa. Tapi petugas mengaku jaringannya rusak dan diminta kami supaya membayar di tempat baru, ketika sampai di sana petugas meminta perbulannya per rekening harus bayar Rp 1600. Ini memberatkan kami, apalagi saya empat rekening yang hendak saya bayar,” kata M Hasan Puteh (57), Warga Uteun Bayi, Kecamata Banda Sakti, Senin (18/4/2011).
Asisten Manajer Niaga dan Pelayanan Pelanggan PT PLN Cabang Lhokseumawe, Ali Basyah, menyebutkan, program pembayaran secara online itu program pusat dengan tujuan memudahkan pelanggan PLN, dan sebelumnya hal ini sudah disosialisasikan kepada masyarakat.
Menurutnya, pihaknya juga mengakui bahwa banyak pelanggan yang protes dengan pemberlakukan sistim pembayaran baru, karena masyarakat belum bisa menerima. ”Tapi banyak kemudahan dengan sistim pembayaran baru ini, diantaranya jumlah denda yang dikenakan PLN jika terlambat lebih besar dibadikan dikenakan pembayaran Rp 1.600 perekeningnya untuk setiap pembayaran, serta banyak kemudahan lain lagi,” katanya.

Tempat Pertemuan Pengikut Aliran Sesat Digerebek

Dua Putra Pimpinan Millata Abraham Diamankan

Aparat Polresta Banda Aceh mengamankan Jimmy dan Fajri, kedunya diduga sebagai pengikut aliran Millata Abraham saat dilakukan penggerebekan oleh tim terpadu dari Kota Banda Aceh di kawasan Jalan Teratai, Gampong Baro, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh, Minggu (17/4) pagi.  Dalam penggerebekan itu tiga warga yang diduga terlibat aliran Millata Abraham hingga saat ini masih diamankan di Mapolresta Banda Aceh.

 
BANDA ACEH - Tim Terpadu Kota Banda Aceh menggerebek sebuah ruko berlantai tiga di Jalan Teratai, Kelurahan Gampong Baro, Kota Banda Aceh, Minggu (17/4) pagi. Melalui operasi yang nyaris memicu amuk massa itu, tim yang dipimpin Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal mengamankan dua pemuda kakak beradik yang tak lain adalah putra dari Pimpinan Millata Abraham Aceh, Zainuddin yang kini masih ditahan di Mapolresta Banda Aceh.

Pada Minggu dini hari kemarin, tim penertiban peraturan kota yang terdiri atas personel Wilayatul Hisbah (WH) dan Satpol PP dibantu aparat TNI/Polri bergerak ke beberapa kawasan kota untuk menertibkan warung burger, wanita tunasusila, minuman keras, gelandangan, dan sejumlah lokasi lainnya, termasuk kawasan di sekitar Pelabuhan Ulee Lheue yang selama ini sering menjadi tempat mangkal anak-anak di bawah umur dan pasangan muda-mudi.

“Saat kami sedang melakukan penertiban warung burger, wanita tunasusila, minuman keras, dan gelandangan, ada informasi dari masyarakat yang mengatakan ada pertemuan kelompok Millata Abraham di salah satu rumah toko di Jalan Teratai, lalu kami datangi,” kata Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal.

Sesampai di depan ruko itu, puluhan warga terlihat sedang berkumpul sambil menonton siaran langsung sepakbola di depan sebuah kedai kopi yang tak jauh dari lokasi sasaran. Beberapa petugas langsung menggedor pintu ruko namun tak ada tanggapan meski diyakini di dalam ruko itu ada orang. Buktinya, nyala lampu di dalam ruko sempat dimatikan namun beberapa saat kemudian hidup lagi. Waktu itu jarum jam sekitar pukul 05.00 subuh.

Ketika petugas terus menggedor, tiba-tiba turun dua orang laki-laki dewasa dari lantai atas dan memberi isyarat melalui jendela depan ruko bahwa mereka tak bisa membuka pintu karena kunci dibawa oleh dua orang rekan mereka yang menonton pertandingan sepakbola di kedai kopi yang tak jauh dari ruko tersebut.

Mendengar jawaban itu, beberapa orang personel Satpol PP dan WH langsung menuju ke kedai kopi yang sedang dipadati warga pecinta Liga Spanyol. Dengan menggunakan megaphone (pengeras suara), petugas tersebut meminta agar pemilik ruko yang membawa kunci segera kembali. Tak lama kemudian keluar sesosok pemuda dari dalam kedai itu langsung menjumpai petugas menanyakan ada perlu apa.

Setelah mendapat penjelasan singkat dari petugas, pemuda yang bernama Jimmy (26) kembali ke rukonya dan membuka pintu. Namun sebelum dia masuk ke dalam ruko, Jimmy mengisyaratkan melalui petugas agar memanggil adiknya yang juga sedang nonton bola agar kembali. Adiknya bernama Fajri (24).

Interogasi
Untuk memastikan kebenaran laporan masyarakat yang menyebutkan bahwa ruko tersebut sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya pengikut aliran Millata Abraham, Illiza mengarahkan timnya untuk masuk secara terbatas ke dalam ruko guna berdialog dengan Jimmy dan Fajri.

Illiza yang saat itu didampingi dua anggota DPRK, Kadis Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi serta Kadis Syariat Islam, personel Satpol PP dan WH, para camat, wartawan, dan sejumlah unsur lainnya memintai keterangan dari Jimmy dan Fajri apakah benar mereka sebagai pengikut aliran Millata Abraham. Juga ditanyakan apakah ruko tersebut sering dijadikan sebagai tempat pertemuan sekaligus membaiat pengikut. Ketika tim sedang berdialog dengan Jimmy dan Fajri, massa yang menunggu di luar terlihat sangat emosi bahkan ada yang menggedor-gedor pintu sambil meneriakkan agar dibakar saja.

Kepada tim, Jimmy dan Fajri membenarkan kalau mereka adalah putra dari Zainuddin, pimpinan Millata Abraham Aceh yang kini masih diamankan di Mapolresta Banda Aceh setelah diamankan di kawasan Prada, 1 April 2011. Saat ditanyakan apakah mereka juga sebagai pengikut aliran Millata Abraham, Jimmy menjawab bahwa mereka meyakini apa yang diyakini ayah mereka.

Setelah ada pengakuan seperti itu, massa di luar semakin beringas. Akhirnya petugas melaporkan suasana yang genting itu ke Polresta Banda Aceh. Tak lama berselang sejumlah personel polisi tiba di lokasi dan mengamankan Jimmy dan Fajri.

Sebelum meninggalkan ruko, petugas naik ke lantai atas untuk memeriksa berbagai barang bukti serta mencari dua orang lainnya yang sebelumnya berada di dalam ruko. Ternyata orang yang dicari sudah tak ada lagi. Sebuah info menyebutkan, mereka diam-diam menyelinap pergi menggunakan mobil yang sebelumnya parkir di depan ruko.

Ketika aparat membawa Jimmy dan Fajri ke Polresta, bersama mereka juga ada seorang lainnya yang disebut-sebut sebagai pekerja di ruko yang menjual pakaian grosir itu. Saat dikeluarkan dari ruko untuk dimasukkan ke dalam mobil, massa sempat mengamuk dan melampiaskan kemarahan kepada ketiga orang tersebut. Akan tetapi karena kesigapan petugas dan Wakil Wali Kota Banda Aceh, insiden yang tak diinginkan berhasil dicegah.

Pengakuan Zainuddin
Pantauan Serambi di Mapolresta Banda Aceh, Minggu (17/4) sore, terlihat Jimmy, Fajri, dan seorang pekerja di ruko yang disebut-sebut bernama Isa diamankan dalam satu ruang bersama Zainuddin, Iqbal, dan Buyung alias Wisbar yang sudah lebih duluan berada di ruangan itu.

Zainuddin kepada Serambi mengatakan, tentang diamankannya seorang pekerjanya yang bernama Isa, pemuda itu menurut Zainuddin tidak tahu apa-apa. “Saya berharap Isa bisa dibebaskan, namun untuk kedua anak saya (Jimmy dan Fajri) biar saya yang bertanggungjawab

Penyebar Aliran Sesat Diproses Hingga Pengadilan

BANDA ACEH - Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan, menegaskan, sudah memerintahkan jajarannya agar memproses hukum hingga ke pengadilan setiap penyebar aliran sesat. Karena itu, ia mengimbau kepada warga tak main hakim sendiri, tapi melapor polisi jika mencurigai adanya aliran menyesatkan.

Hal itu disampaikan Kapolda menjawab wartawan, Senin (18/4/2011). "Masalah aliran sesat sudah menjadi atensi kita bersama, karena itu masyarakat jangan lagi main hakim sendiri. Serahkan kepada polisi agar diproses hukum hingga ke pengadilan," jawab Kapolda.
Kapolda mengimbau warga agar melapor polisi jika mencurigai ada hal-hal mencurigakan di daerah masing-masing, termasuk dugaan aliran sesat. Laporan boleh mendatangi kantor atau pos polisi atau menghubungi/sms lewat nomor pengaduan jajaran Polda Aceh, termasuk di tingkat polsek, seperti yang sudah pernah dipublikasi di media massa, termasuk di Serambi beberapa hari lalu.
Menurut Kapolda, setiap perbuatan terbukti sesat, misalnya masuk  dalam 13 kriteria aliran sesat yang telah ditetapkan dalam Fatwa MPU Aceh Nomor 4 Tahun 2007, tentang Pedoman Identifikasi Aliran Sesat, maka akan dikenakan sanksi sesuai hukum, yaitu melanggar Pasal 156 A Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Penodaan Terhadap Suatu Agama. Ancaman maksimal lima tahun penjara.
Dikatakannya, hingga kini polisi masih menahan untuk proses hukum, tersangka penyebar aliran Millata Abraham Zainuddin dan dua rekannya di Mapolresta Banda Aceh. Bahkan, dua hari lalu ditambah lagi dua putra Zainuddin yang diduga sebagai pengikut aliran itu. Keduanya digrebek tim terpadu Kota Banda Aceh di sebuah ruko berlantai tiga di Jalan Teratai, Kelurahan Gampong Baro, Kota Banda Aceh