Senin, 18 April 2011

Pempeng Peureulak yang Kian Diminati

Pempeng (sejenis kerang) dijajakan di pinggir jalan kawasan Desa Bom, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur
BOLEH jadi belum banyak yang tahu. Ternyata di Krueng Peureulak, Aceh Timur, terdapat sejenis kerang yang dinamakan pempeng. Pempeng yang dipungut dari aliran sungai Peureulak yang pernah dijadikan lintasan bahtera milik Nurul A’la, puteri kerajaan Peureulak tempo dulu itu, kini banyak dijajakan di pinggir jalan kawasan Desa Bhom, Kecamatan Ranto Peureulak, sekitar 10 Km dari pusat Kota Peureulak.

Menurut para penjual, pempeng tersebut didapat di sungai dengan cara menyelam. Kemudian baru dijajakan di pinggir jalan. Kondisi seperti ini memang tidak ditemui setiap harinya, apalagi ketika air sungai sedang pasang atau dilanda banjir. Namun jika kondisi air sungai stabil, maka banyak anak-anak yang ikut menyelam mencari pempeng dengan bantuan galah yang terbuat dari bambu.

Hamdani (25) misalnya, salah seorang penyelam pempeng mengaku, untuk mendapatkan pempeng tidak sulit bila air sedang surut. Kata dia, pempeng bisa didapatkan dengan cara dikorek menggunakan tangan. Kemudian dibalut ke dalam kain atau baju penyelam dan selanjutnya diangkat ke permukaan air. Dalam sehari, terkadang bagi yang sudah sering menyelam, bisa mendapatkan 1.000 butir pempeng.

Menurut dia, bagi sebagian anak-anak di sana, menyelam untuk mencari pempeng sudah menjadi kegiatan sehari-hari. Selain kesempatan untuk bermain, juga mendapatkan uang dari penjualan pempeng.

Tokoh masyarakat Desa Bhom, Jalaluddin Abubakar mengatakan, menurut cerita, pempeng dibawa oleh serdadu Jepang ketika mereka mendarat di Aceh tahun 1942 lalu. Pempeng yang dibawa itu mereka lepaskan dalam Krueng Peurelak, yang kemudian beranak pinak di sana sampai sekarang.

 “Kabarnya pempeng itu adalah nama seorang serdadu Jepang yang membawa kerang tersebut ke sana. Ada juga yang bilang itu pempeng adalah nama kerang air tawar dalam bahasa Jepang,” sebutnya.

Dikatakan Jalaluddin, pempeng memang tidak ditemui di aliran sungai lain. Cita rasanya memang sangat khas dan berbeda dengan jenis kerang biasa. Jenis pempeng banyak diracik sebagai kuah “asam keueng”.

Kini kawasan Bhom dikenal dengan produksi pempengnya. Dalam satu tumpuk dengan jumlah 20 biji pempeng dijual sekitar Rp 5.000 ribu. Meski banyak digemari warga, stok pempeng yang dijual di pinggir jalan itu tidak selamanya tersedia, sangat tergantung dari para penyelam. Semoga pempeng menjadi aset yang tidak punah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar